Salah satu kain tenun nusantara yang
proses pembuatannya memakai metode ikat ganda adalah kain tenun gringsing. Penyelesaian
kain gringsing setidaknya membutuhkan waktu 2-5 tahun. Kain gringsing merupakan
khas Desa Tengganan, Bali.
Kata gringsing diambil dari kata gring yang bermakna “sakit” dan sing yang bermakna “tidak”. Oleh karenanya, secara harfiah, gringsing berarti tidak sakit. Kandungan makna dari kata gringsing yaitu sebagai penangkal bencana. Dalam banyak upacara di Bali, semisal kegiatan adat potong gigi, pernikahan, dan acara keagamaan lainnya, masyarakat begitu mengandalkan kekuatan kain gringsing.
Sejarah
Keberadaan kain gringsing berdasar cerita rakyat, berasal dari kisah Dewa Indra, sosok dewa pelindung dan guru bagi penduduk Tengganan. Keindahan langit pada malam hari menjadikan Dewa Indra begitu terkagum-kagum. Rakyat Tengganan merupakan rakyat pilihan Dewa Indra. Para wanita dari rakyat Tengganan pun diajarinya cara menenun kain gringsing yang menggambarkan keelokan langit di malam hari.
Kain gringsing yang dipercaya memiliki
kekuatan mistis, serta sering dipakai dalam upacara keagamaan dan adat, umumnya
yang digunakan adalah yang berwarna hitam. Kekuatan kain gringsing warna hitam
diyakini dapat menghilangkan penyakit dan tolak bala.
Para pakar sejarah tekstil berpendapat bahwa hanya Tengganan (Bali), Jepang, dan India yang pernah ditemukan mampu menguasai teknik pembuatan kain gringsing.
Proses dan Teknik Pembuatan
Metode tradisional dengan menggunakan tangan masih begitu dominan dalam pembuatan kain gringsing. Bahkan benang yang digunakan untuk menenun kain gringsang pun dihasilkan dari proses pemintalan dengan alat pintal tradisional. Benang hasil pemintalan selanjutnya akan direndam dalam minyak kemiri. Proses perendaman setidaknya berlangsung selama 40 hari, hingga satu tahun. Benang yang lama direndam akan menghasilkan benang yang kuat dan lembut.
Untuk menghasilkan kain tenun yang rapat, maka benang dipintal dengan menggunakan tulang kelelawar. Langkah berikutnya, juru ikat akan mengikat kain hasil pemintalan dengan pola yang telah dibuat. Dua tali rafia, warna jambon dan hijau muda, diperlukan untuk mengikat kain. Ikatan kain akan dibuka jika telah diperoleh motif dan warna yang sesuai.
Metode ikat ganda adalah proses dimana pewarnaan, pengikatan, dan penataan benang berada disisi lungsi dan pakan. Diperlukan keterampilan dan ketelitian agar seluruh warna pada lungsi terlihat serasi dan diperoleh motif yang indah.
Pewarna
Dalam pewarnaan motif kain gringsing
dikenal dengan istilah tridatu, yaitu penggunaan tiga warna. Warna alami
diambil dari kelopak pohon Kepundung putih dengan pencampuran akar pohon
mengkudu untuk hasil warna merah, buah kemiri tua yang dicampur air serbuk abu
kayu untuk warna kuning, kemudian pohon Taum yang menghasilkan warna hitam.
Motif
Setidaknya terdapat 20 jenis motif kain gringsing. Namun saat ini hanya 14 jenis motif yang masih diproduksi. Di antaranya:
- Lubeng, motif khas berupa kalajengking yang dipakai untuk upacara adat dan keagamaan.
- Sanan empeg, motif khas berupa tiga bentuk kotak-kotak yang dipakai dalam kegiatan keagamaan dan adat.
- Cecempakaan, dengan ciri khas bunga cempaka
- Cemplong, motif khas berupa bunga besar di antara bunga-bunga kecil.
- Gringsing isi, motif berisi dan penuh ke seluruh kain.
- Wayang, berupa gringsing wayang kebo dan gringsing wayang putri. Inilah motif tersulit yang memerlukan waktu penyelesaian hingga lima tahun. Motif ini hanya memiliki dua warna, yaitu hitam dan putih.
Warna dan motif kain gringsing mulai mengalami perubahan dengan mengikuti perkembangan zaman.
Sumber: Wikipedia