Meminimalisasi Trauma Pada Korban Kecelakaan

Meminimalisasi Trauma Pada Korban Kecelakaan

Ketika seseorang mengalami kecelakaan yang berakibat cedera, ternyata juga dapat menimbulkan dampak lain. Salah satu dampak kecelakaan adalah trauma yang tentunya berbeda dengan penyakit lain. Untuk itu, butuh penanganan yang tepat agar pasien dapat sembuh tanpa meninggalkan masalah yang mengganggu kondisi psikisnya.

Setiap pasien yang mengalami kecelakaan harus diperiksa lebih teliti. Luka-luka yang dialaminya belum tentu sebagai faktor utama. Selain luka, perlu diamati pula peranan lain yang dapat memengaruhi kondisi psikis pasien.

Dokter perlu mengintervensi penyebab lain dari dampak kecelakaan pasien. Siapa tahu, ada luka di bagian tubuh lain yang tidak terlihat dan justru malah menimbulkan dampak yang lebih serius.

Di negara maju, kejadian trauma pascakecelakaan jumlahnya cukup banyak. Umumnya pasien itu disebabkan kecelakaan lalu lintas dengan luka terbanyak di daerah perut (liver dan limfa) dibandingkan kepala.

Dokter yang menangani pasien kecelakaan harus mengerti mekanisme yang harus dijalankan dalam pertolongan pertama. Jika salah, dikhawatirkan menimbulkan dampak trauma berkepanjangan akibat kecacatan atau bahkan berujuang kematian.

Untuk pertolongan pertama, pasien harus segera ditangani dengan prinsip ABCDE. Prinsip tersebut adalah memeriksa pernapasan (air ways), jalur napas (breathing), tekanan darah dan nadi (circulation), kemampuan berkomunikasi (disability), serta menggenggam tangan pasien agar tidak hipotermia atau kedinginan (exposure).

Kelima hal itu penting dilakukan saat pertolongan pertama guna mencegah kematian pada pasien dan dapat dilakukan orang awam selain paramedic. Jika pertolongan pertama tidak dapat dilakukan, segera hubungi rumah sakit.

Sebelum memindahkan pasien ke dalam mobil, sebaiknya tanyakan dulu pada pasien, mana bagian sakit agar tidak menimbulkan dampak lain, seperti patah tulang pada bagian leher maupun tulang belakang lain.

Banyak masyarakat yang salah dalam pertolongan pertama pada pasien. Misalnya, pasien diberikan air minum, memberikan pasta gigi atau minyak di kulit pasien korban kebakaran. Itu jelas bukan prosedur pertolongan pertama yang dianjurkan.

Jika pasien kecelakaan dapat berteriak kesakitan, tandanya pasien dalam kondisi yang tidak terlalu mengkhawatirkan dibanding dengan pasien yang cenderung diam.


Republika 27 April 2016

Related Posts
Previous
« Prev Post