Terapi tetap ada di tangan orang tua karena merekalah
terapis terbaik bagi anaknya.
Tumbuh kembang anak sering kali difokuskan semata pada
asupan nutrisi. Orang tua anak usia nol hingga tiga tahun kerap merasa
memberikan makanan yang terbaik serta kasih sayang pada anaknya. Padahal,
sedari lahir anak tidak lepas dari masalah kesehatan mental.
Tumbuh kembang anak dari segi mental tidak boleh diabaikan.
Kalau sudah tiga bulan, misalnya, belum bisa tektok dalam arti belum bisa
berinteraksi, itu harus diwaspadai.
Sering kali, orang tua tidak sadar dan menganggap bayinya
tenang. Padahal, itu harus dicurigai bahwa anak mengalami masalah kesehatan
mental. Salah satu jenisnya adalah autism. Gangguan ini sering muncul di usia
dini, biasanya sebelum anak menginjak tiga tahun.
Gejala utama anak autism, adalah minimnya atau tidak adanya
kualitas interaksi sosial anak. Anak biasanya mampu berkomunikasi verbal dan
nonverbal sebagai indikasi tumbuh kembang kesehatan mental anak.
Anak dengan autism memiliki perilaku minat yang terbatas dan
menyukai gerakan berulang, seperti melihat roda mainan mobil-mobilan berputar
selama berjam-jam lamanya. Gejala ketiga adalah respon tidak wajar terhadap
pengalaman sensorik. Mereka umumnya terlalu sensitive, seperti sulit tersentuh
kulitnya oleh label pakaian. Bisa juga, anak tidak sensitive sama sekali,
walaupun terjatuh hingga berdarah.
Kemampuan berbahasa, berbicara, dan komunikasi anak autism
umumnya terganggu. Telat bicara juga menjadi salah satu indikasi anak memiliki
gangguan autism.
Indikasi sederhana yang bisa diamati, adalah anak tidak bisa
menunjuk atau mengoceh pada usia 12 bulan. Lalu, anak tidak bisa melihat ke
benda yang ditunjuk orang lain dari jauh. Kemampuan bicara anak tiba-tiba
menghilang, anak tidak merespons saat dipanggil, anak tidak bisa mengucapkan
satu kata pun pada usia 16 bulan, hilangnya kemampuan sosial, dan anak tidak
bisa bermain pura-pura. Jika ada satu saja indikasi itu pada anak, orang tua
harus segera ke dokter.
Untuk terapi pada anak autism, ada sejumlah metode yang
diterapkan. Ada yang menyebutkan terapi hiperbarik dalam tabung oksigen murni
atau akupuntur dapat mengobati gangguan autism. Sejauh ini, belum ada bukti
klinis tentang hal itu.
Kombinasi terapi perilaku serta obat lebih umum diterapkan
pada pasien autism. Tujuan dari terapi sensori integrasi, terapi perilaku,
okupasi terapi, terapi remedial, termasuk terapi wicara dan obat adalah
mengurangi masalah perilaku yang paling mengganggu. Misalnya, meningkatkan
kemampuan belajar, mengurangi perilaku disruptif, agresi, temper tantrum,
impulsive, hiperaktif, dan insomnia.
Karena setiap pasien autism tidak sama maka resep terapi
yang akan diberikan dokter umumnya berbeda-beda sesuai kebutuhannya. Dokter
tidak pernah mampu memprediksi lamanya waktu bagi anak untuk diterapi, tapi
dievaluasi tiap tiga bulan. Terapi tetap ada di tangan orang tua karena
merekalah terapis terbaik bagi anaknya.
Republika 7 April 2016