Pondok pesantren tradisional mempunyai metode tersendiri
dalam mengajarkan agama Islam kepada santri, yaitu metode sorogan dan
bandongan. Kedua istilah ini sangat populer di kalangan pesantren, terutama
yang masih menggunakan kitab kuning sebagai sarana pembelajaran utama.
Kedua metode tersebut kerap digunakan santri untuk menggali ajaran-ajaran Islam melalui
kitab kuning. Secara bahasa, sorogan berasal dari kata Jawa sorog, yang artinya
menyodorkan. Dengan metode ini, berarti santri dapat menyodorkan materi yang
ingin dipelajarinya sehingga mendapatkan bimbingan secara individual atau
secara khusus.
Sorogan merupakan metode pembelajaran yang diterapkan
pesantren hingga kini, terutama di pesantren-pesantren salaf. Usia dari metode
ini diperkirakan lebih tua dari pesantren itu sendiri. Karena metode ini telah
dikenal semenjak pendidikan Islam dilangsungkan di langgar, saat anak-anak
belajar Al-Quran kepada seorang ustadz di kampung-kampung.
Pada masa lalu, di langgar-langgar atau surau, seorang kiai
akan membacakan ayat Alquran terlebih dahulu, kemudian muridnya mengikuti dan
menirukannya secara berulang kali. Namun, lama-kelamaan metode ini dipraktikkan
di dalam pesantren, yang merupakan satu-satunya lembaga pendidikan Islam
terbesar di Indonesia.
Dengan menggunakan metode sorogan, setiap santri akan
mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dengan ustadz atau kiai
tertentu yang ahli dalam mengkaji kitab kuning, khususnya santri baru. Dengan
metode ini, kiai tersebut dapat membimbing, mengawasi, dan menilai kemampuan
santri secara langsung. Metode ini sangat efektif untuk mendorong peningkatan
kualitas santri tersebut.
Dengan menggunakan metode sorogan, santri diwajibkan
menguasai cara pembacaan dan terjemahan secara tepat dan hanya boleh menerima
tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang mendalami pelajaran sebelumnya.
Tak kalah menariknya, di pesantren juga kerap menggunakan
metode bandongan atau bandungan. Istilah bandungan berasal dari bahasa Sunda ngabandungan
yang berarti memperhatikan secara seksama atau menyimak. Dengan metode ini,
para santri akan belajar dengan menyimak secara kolektif. Namun, dalam bahasa
jawa, bandongan disebutkan juga berasal dari kata bandong yang artinya pergi
berbondong-bondong. Hal ini karena bandongan dilangsungkan dengan peserta dalam
jumlah yang relative besar.
Metode bandongan adalah metode transfer keilmuan atau proses
belajar mengajar yang ada di pesantren yang mengajarkan khusus pada kitab
kuning. Kiai membacakan, menerjemah, dan menerangkannya. Sedangkan santri atau
murid mendengarkan, menyimak, dan mencatat apa yang disampaikan oleh kiai yang
memberi pengajian tersebut.
Bandongan merupakan metode utama sistem pengajaran di
lingkungan pesantren. Kebanyakan pesantren menyelenggarakan bermacam-macam
kelas bandongan atau halaqah untuk mengajarkan kitab-kitab.
Republika 8 April 2016