Paparan radiasi gelombang elektromagnetik radiofrekuensi
ponsel terbukti menurunkan kualitas dan fungsionalitas spermatozoa manusia
secara in vitro.
Dalam sebuah penelitian, sperma diberi paparan radiasi
ponsel secara akut dan kronik dengan tingkat radiasi electromagnet pada tubuh 2
W/kg selama satu dan dua jam.
Semakin lama dan besar paparan radiasinya, maka kualitas dan
fungsionalitas spermatozoa menurun secara in vitro dibandingkan sperma yang
tidak diberikan paparan radiasi. Kualitas sperma yang meliputi konsentrasi, motilitas,
dan morfologi menurun. Fungsionalitas sperma juga menurun, baik apoptosis
maupun jumlah kalsium intraselulernya.
Paparan radiasi gelombang elektromagnetik ponsel juga
berpengaruh terhadap ekspresi Voltage-gated Ca2+channels (VGCC) pada sperma. Paparan
radiasi ini menghambat ekspresi VGCC pada sperma. Paparan radiasi ini
menghambat ekspresi VGCC pada sperma dalam bentuk penutupan kanal kalsium.
Semakin sedikit ekspresi VGSS yang diperoleh, semakin
sedikit kanal kalsium yang bersifat terbuka sehingga kualitas dan
fungsionalitas sperma semakin rendah.
Sementara bagi industry ponsel diharapkan bisa memproduksi
jenis ponsel yang memiliki nilai SAR rendah. Pemerintah, khususnya Departemen
Kesehatan diharapkan bisa mengeluarkan peraturan untuk mengurangi risiko
terkait penggunaan ponsel ini.
Sementara itu, dari jurnal resi WHO, disebutkan ponsel yang
menghasilkan medan elektromagnetik diklasifikasikan sebagai bahan berpotensi
karsinogenik bagi manusia.
Sejumlah penelitian dilakukan selama dua decade terakhir,
untuk melihat potensi risiko kesehatan akibat penggunaan ponsel. Sampai saat
ini belum ada dampak kesehatan yang dinyatakan akibat langsung dari penggunaan
ponsel.
Republika 16 Mei 2016