Mencintai Dengan Sewajarnya

Cinta adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada makhluknya. Berkah cinta tidak hanya dirasakan oleh manusia, namun juga oleh binatang dan tumbuhan sekalipun. Karena cinta, seekor induk singa yang terkenal buas pun tidak akan tega memangsa anaknya sendiri. Berkat cinta menjadikan makhluk hidup berkembang dan lestari. Seorang ayah rela bekerja keras demi keluarganya, seorang ibu rela mengandung 9 bulan demi bayinya, dan seorang anak rela berbakti pada orangtuanya, semua itu terjadi karena adanya cinta. Tanpa cinta, dunia hanya akan dipenuhi dengan kekejaman dan pembantaian. Tidak peduli hewan atau tumbuhan, manusia pun akan menjadi korban dari kebiadaban.

Manusia adalah makhluk pecinta. Ketika sepasang muda-mudi memutuskan untuk menjalin suatu hubungan yang lebih, maka cinta menjadi alasannya. Betapa banyak kisah cinta yang mengukir sejarah dan dikenang sepanjang masa, kisah Romeo-Juliet contohnya. Romeo-Juliet adalah kisah sepasang muda-mudi yang memperjuangkan cinta namun kandas karena tidak direstui keluarga dan berakhir dengan aksi bunuh diri keduanya. Kisah cinta yang berakhir tragis, sayangnya fiksi, namun justru menginspirasi banyak kisah cinta penduduk bumi. Seringkali kita mendapati kasus bunuh diri karena cinta yang kandas, entah karena tertolak atau putus ditengah jalan.

Cinta memang erat kaitannya dengan unsur perasaan, namun tetap saja logika jangan ditinggal. Jika cinta hanya memunculkan sifat emosional, maka tindakan pun menjadi tidak rasional. Seringkali seseorang berbuat sesuatu yang tidak masuk akal hanya karena beralasan cinta. Jangan hanya karena kisah cinta yang berakhir, maka hidup pun ikut berakhir. Bunuh diri karena gagalnya percintaan adalah tindakan emosional yang sungguh tidak masuk akal. Hidup masih teramat indah untuk dinikmati walaupun tidak dijalani bersama dengan kekasih yang dicintai.

Hidup hanya sekali, maka upayakan yang sekali ini menjadi begitu berarti untuk kehidupan selanjutnya yang abadi. Kandasnya cinta memang terasa amat menyakitkan. Jika hati terasa sedih, maka carilah kegembiraan, agar hidup dapat segera bangkit kembali. Jangan biarkan dia yang menyakitimu semakin menertawakanmu ketika melihat dirimu terpuruk. Bangkitlah dan buktikan padanya bahwa dirimu justru menjadi lebih sukses tanpa keberadaannya.

Jalanilah cinta apa adanya, jangan tinggalkan nalar, dan selalu sertakan iman di dalam hati. Sudah menjadi fitrah manusia untuk mencintai manusia yang lain. Cintai mereka dengan sewajarnya, jangan berlebih, apalagi sampai membabi buta. Manusia datang dan pergi silih berganti dalam kehidupan kita. Mereka juga terlahir dan mati tanpa sekehendak kita. Jika cinta terlalu membabi buta, maka kepergian mereka yang disayangi akan teramat menyayat hati. Tidak ada cinta manusia yang abadi seiring usia manusia yang tentu ada batasnya. Cinta pun kadarnya selalu naik-turun, tergantung pada banyaknya pengorbanan dan kesetiaan yang  menghiasi kisah perjalanannya. Manusia hidup dan mati, datang dan pergi, namun hanya satu yang akan selalu bersama kita sampai kapanpun dan dimanapun, Dialah Tuhan.

Sebesar apapun cinta kita pada seseorang, berusahalah untuk  tidak mengalahkan cinta kita kepada Tuhan. Tuhan yang menghidupkan kita, maka untuk Tuhan pula alasan kita menjalani hidup. Tuhan yang mematikan kita, maka pertemuan dengan Tuhan adalah alasan kita menyambut kematian. Cinta pada manusia seringkali dibalas dengan penghianatan, namun tidak mungkin penghianatan terjadi saat cinta tulus ditujukan kepada Tuhan. Seringkali pengorbanan cinta dianggap biasa oleh manusia, oleh karenanya cintailah manusia dalam batas yang wajar. Yakinlah, hanya Tuhan yang mampu membalas cinta kita dengan cinta-Nya yang lebih baik.

Pic: https://yanuche13.files.wordpress.com




Related Posts
Previous
« Prev Post