Jenis-Jenis Pendaki Gunung

Setiap orang yang mendaki gunung memiliki niat dan tujuan yang berbeda. Berikut ini adalah jenis-jenis pendaki berdasar niat dan tujuan dari pendakiannya.

Pertama, pendaki sejati. Seorang pendaki yang selalu menjadikan puncak gunung sebagai  target utama pendakiannya. Pendaki sejati selalu bermantra, “Pantang pulang sebelum puncak!”  Mereka selalu bertanggung jawab atas kebersihan gunung, tidak buang sampah sembarangan, serta membawa pulang sampah yang mereka hasilkan selama pendakian. Pendaki sejati memiliki solidaritas pertemanan yang kuat. Mereka tidak akan rela meninggalkan temannya selama perjalanan di gunung. Bahkan mereka rela membantu temannya yang butuh pertolongan. Pendaki sejati tidak akan berbuat vandalisme atau menebang sembarangan pepohonan di gunung. Bagi mereka gunung adalah sahabat yang harus dijaga, bukan sekedar tempat berpetualang. Mereka menjadikan gunung sebagai sahabat yang selalu mengingatkannya akan kebesaran ciptaan Tuhan. Itulah inti dari pendaki sejati, menjadikan gunung sebagai sarana ibadah dan mempertebal keimanan, bukan menjadikan gunung sebagai tempat melakukan dosa dan kemaksiatan.

Kedua, pendaki rekreasi. Pendaki seperti ini hanya menjadikan gunung sebagai tempat piknik. Gunung hanya sebagai tempat bagi mereka untuk menikmati indahnya pemandangan dan melepas kepenatan. Pendaki rekreasi juga seringkali menjadikan gunung sebagai arena selfie. Bagi mereka, pendakian kepuncak adalah suatu kebanggaan dan kepuasan.

Ketiga, pendaki reseh. Jika Anda melihat gunung yang tumbuhannya ditebangi, dipenuhi sampah, dan banyak coret-coretan disana, maka ketahuilah bahwa gunung itu telah didaki oleh banyak pendaki reseh. Pendaki reseh tidak hanya membuat gunung menjadi kotor, tapi juga merusak hutannya. Mereka suka buang putung rokok sembarangan, serta tidak merasa berdosa jika api dari putung rokoknya menyebabkan kebakaran hutan. Pendaki reseh umumnya tidak punya malu. Mukanya lebih tebal dari tembok Cina. Tidak jarang segelintir dari pendaki reseh menjadikan gunung sebagai tempat mesum. Mereka merasa sebagai orang paling merdeka yang merdeka berbuat apa saja, sampai-sampai tidak peduli dengan alam sekitarnya.


Ketika kita mendaki gunung maka sama saja dengan memasuki suatu tempat yang ada ‘tuan rumahnya’. Oleh karenanya ada adab tak tertulis yang harus kita terapkan selama pendakian. Tetaplah berperilaku sopan, rendah hati, dan jagalah kebersihan. Tidak jarang pendaki yang menyimpan keangkuhan di dadanya, justru menjadi korban kecelakaan di gunung. Entah dia celaka karena dihantam cuaca atau dikerjai makhluk-makhluk halus di gunung. Jadi tetaplah beradab dalam berbicara dan berperilaku selama pendakian. Alam akan segan jika kita berperilaku sopan. Alam pun marah jika kita bersikap pongah. 

Pic: http://www.muslimahcorner.com/

Related Posts
Previous
« Prev Post