Biografi Imam Muslim

Nama lengkapnya adalah Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Wardi bin Kawisyadz Al-Qusyairi An-Naisaburi. Nama panggilannya adalah Abu Husain.

Adz-Dzahabi berkata, “Imam Muslim lahir pada tahun 204 Hijriah.”

Pentingnya Kitab Sahih Muslim

Imam Nawawi mengatakan, “Dalam Kitab Sahih Muslim, hadits-hadits dan jalur periwayatannya disajikan dengan susunan dan pemaparan yang tertib dan indah.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Dalam Kitab Al-Jami’ karya Imam Muslim bin Al-Hajjaj terdapat kandungan dan manfaat yang besar yang orang lain belum sanggup melakukannya. Oleh sebab itu, ada sebagian ulama lebih mengunggulkannya atas Kitab Ash-Shahih karya Imam Al-Bukhari karena beberapa pertimbangan. Di antaranya karena faktor terkumpulnya semua jalur periwayatan hadits dan pola penyampaian yang mudah dipahami pembaca. Selain itu, Imam Muslim selalu berusaha menyampaikan matan hadits sebagaimana dia terima dari syaikh-nya tanpa memutus riwayat dan tidak meriwayatkan hadits beserta maknanya.”


Dari kitab Sahih Muslim, kita akan mengetahui bahwa Imam Muslim begitu ahli, menguasai banyak disiplin ilmu, dan memiliki pemahaman yang dalam, sehingga mampu menghasilkan sebuah karya yang luar biasa.

Untuk melahirkan sebuah karya sebesar Sahih Muslim, seseorang dituntut untuk menguasai berbagai disiplin ilmu, seperti fikih dan ilmu ushul-nya, bahasa Arab, ilmu perawi dan sejarahnya, pengetahuan illat pada sanad maupun matan hadits, dll.

Imam Muslim juga sangat berhati-hati dan jeli ketika mengumpulkan jalur-jalur periwayatan hadits. Oleh karenanya, redaksi dalam Sahih Muslim sangat bagus karena singkat, padat, dan jelas. Penempatan hadits-hadits dengan rapi, tersusun berdasar maknanya, menunjukkan bahwa ilmu Imam Muslim sangat dalam.

Antara Sahih Al-Bukhari dan Sahih Muslim

Imam An-Nawawi berkata, “Para ulama telah sepakat bahwa kitab paling sahih setelah Al-Qur’an adalah Kitab Sahihain, yaitu Sahih Al-Bukhari dan Sahih Muslim. Sedangkan, di antara Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, maka Kitab Sahih Bukhari adalah yang paling sahih, paling banyak manfaatnya, dan paling banyak menyimpan pengetahuan, baik tersirat maupun tersurat.”

Berdasar kabar yang terpercaya, Imam Muslim telah berguru pada Imam Al-Bukhari. Pendapat Sahih Al-Bukhari lebih sahih daripada Sahih Muslim merupakan pendapat mayoritas ulama.
Di antara kelebihan Imam Al-Bukhari dibandingkan Imam Muslim yaitu dalam kriteria penerimaan hadits. Imam Al-Bukhari menggunakan kriteria yang lebih ketat daripada Imam Muslim.

Guru dan Murid-Muridnya

Al-Khatib Al-Baghdadi berkata, “Imam Muslim telah melakukan perjalanan mencari hadits ke Irak, Hijaz, Syam, dan Mesir. Guru-gurunya antara lain: Yahya bin Yahya An-Naisaburi, Qutaibah bin Said, Ishaq bin Rahawaih, Ahmad bin Hambal, Khalaf bin Hisyam, Ubaidillah bin Mu’adz, dll.”
Al-Mizzi menyebutkan bahwa guru Imam Muslim sebanyak 224 orang.

Sedangkan orang-orang yang meriwayatkan hadits dari Imam Muslim, antara lain, At-Tirmidzi, Ahmad bin Al-Mubarak, Ali bin Al-Husain Ar-Razi, Ibnu Khuzaimah, Abdurrahman bin Abi Hatim, dll.

Meninggalnya

Imam Adz-Dzahabi berkata, “Imam Muslim meninggal pada bulan Rajab tahun 261 Hijriah di Naisabur. Ketika meninggal, usianya mencapai lebih dari lima puluh tahun.”

Sumber:
Syaikh Ahmad Farid. 2006. 60 Biografi Ulama Salaf terjemah: Masturi Irham dan Asmu’i Taman. Pustaka Al-Kautsar: Jakarta.




Related Posts
Previous
« Prev Post