Syirik Sumber Malapetaka

Dosa yang paling besar adalah syirik kepada Allah Ta’ala. Syirik dibagi menjadi dua macam.

Pertama, menjadikan selain Allah sekutu atau menyembah selain Allah baik berbentuk batu, pohon, matahari, bulan, seorang nabi, seorang syaikh, binatang, malaikat, dan lain-lain. Ini adalah syirik akbar sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni jika Dia disekutukan, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 48).

Dalam firman-Nya yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya barangsiapa menyekutukan Allah, maka Dia telah mengharamkan baginya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka.” (QS. Al-Maidah: 72).


Barangsiapa menyekutukan Allah, lalu ia meninggal sebagai seorang musyrik, pastilah ia termasuk penghuni neraka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maukah kalian aku beritakan tentang dosa paling besar (tiga kali)?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Mau wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda, “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” (Muttafaq ‘Alaih)

Kedua, riya’ saat melakukan amal ibadah. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Barangsiapa mengharapkan Tuhannya, maka berbuatlah amal shalih dan tidaklah ia menyekutukan Tuhannya dengan sesuatu dalam ibadah kepada-Nya.” (QS. Al-Kahfi: 110).

Maksudnya ialah, ia tidak bertujuan memperlihatkan amalnya kepada orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jauhilah oleh kalian syirik kecil.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Riya’, Allah Ta’ala pada saat memberi balasan kepada para hamba atas amal perbuatan mereka berfirman, ‘Pergilah kalian menemui orang-orang yang amal kalian perlihatkan kepada mereka di dunia dan lihatlah, apakah kalian mendapatkan pahala dari mereka.’” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Suatu amal perbuatan yang dilakukan bukan mengharapkan ridho Allah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membatalkan pahalanya dan menjadikannya seperti debu yang beterbangan, “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23).

Seorang bijak ditanya tentang orang yang ikhlas. Ia menjawab bahwa orang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan keburukannya.
Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya, sedangkan amal untuk menusia adalah syirik, dan keikhlasan adalah jika Allah menyelematkanmu dari keduanya.”

Sumber:
Imam Adz-Dzahabi. 2008. Al-Kabair, Galaksi Dosa terjemah: Asfuri Bahri. Jakarta: Darul Falah















Related Posts
Previous
« Prev Post