Menyikapi Turunnya Prestasi Anak

Bila Prestasi Anak Jeblok

Gangguan belajar spesifik atau dikenal juga dengan specific learning disability/SLD merupakan sebuah kelainan perkembangan saraf pada anak karena adanya gangguan neurobiology dalam susunan saraf pusat anak. Akibatnya, anak tidak bisa mencapai kemampuan seperti anak seusianya dalam kemampuan membaca, menulis, dan menghitung.

Anak berprestasi akademis kurang baik dapat dicurigai menderita SLD ketika ia dalam kondisi normal. Maksudnya, si anak tidak memiliki gangguan penglihatan, pendengaran, dan motoric, gangguan kognisi serta gangguan emosional yang dapat memengaruhi proses anak dalam menyerap informasi. Seorang anak juga baru bisa dicurigai menderita SLD ketika prestasinya terhambat akan tetapi ia tidak mengalami gangguan dari segi budaya, lingkungan, ataupun ekonomi dalam proses belajar.

Gangguan neurobiology yang menyebabkan anak menderita SLD dipengaruhi oleh setidaknya dua hal, yaitu faktor genetic dan faktor toksikologi. Selain itu, gangguan neurobiology ini juga dapat terjadi akibat adanya infeksi yang memengaruhi perkembangan otak anak.

Gangguan neurobiology ini dapat terjadi pada anak saat dalam kandungan, kelahiran, atau setelah kelahiran. SLD merupakan gangguan menetap yang tidak bisa dihilangkan.

Salah satu jenis gangguan belajar dalam SLD ialah disleksia. Disleksia merupakan kondisi deficit dalam membaca pada anak yang menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam mengenal kata secara akurat dan lancar. Berbeda dengan kesulitan membaca yang disebabkan faktor eksternal, disleksia terjadi pada anak karena adanya gangguan hubungan daya ingat dan pemrosesan sentral pada otak anak.

Ada lagi diskalkuli atau gangguan belajar terkait angkat. Anak tidak dapat menghitung serta memahami bilangan. Hal ini karena pembentukan sirkuit matematis dalam otak anak tidak cukup akibat faktor genetis.

Disfasia perkembangan merupakan jenis lain gangguan belajar. Anak tersebut mengalami gangguan dalam berbicara. Kemampuan berbicara anak tersebut tertinggal pada aspek pengertian bahasa serta bahasa yang mereka gunakan.

Meski gangguan-gangguan belajar pada anak SLD ini bersifat menetap, mereka tetap memiliki kesempatan untuk belajar secara optimal. Yang dibutuhkan para anak dengan SLD ialah metode belajar yang strategis.

Anak dengan SLD membutuhkan bantuan dari dokter, psikolog, terapis, dan juga guru untuk bisa memaksimalkan capaian prestasi mereka. Jangan cepat mendeteksi anak sebagai pemalas atau bodoh saat prestasi rendah, tapi cari tahu penyebabnya.

Emosi Anak

Anak dengan SLD memiliki pola berpikir yang tidak terstruktur dan tidak tertata. Hal ini bisa membuat capaian prestasi akademis anak terhambat jika tidak ditangani dengan baik.

Selain itu, SLD yang diderita anak juga dapat memengaruhi emosi anak. Anak dengan SLD kerap memiliki persepsi atau pemahaman yang kurang baik. Ini akan membuat anak dengan SLD merasa tidak didengarkan oleh teman-teman sebayanya.

Gejala SLD pada anak mulai dapat terlihat ketika anak memasuki jenjang TK. Biasanya, anak dengan SLD akan mengalami kesulitan berbahasa atau menyanyi meskipun ia memiliki keinginan untuk belajar. Oleh karena itu, jika orang tua mulai menemukan gejala SLD pada anak, ada baiknya orang tua segera mengunjungi dokter spesialis neurologi anak untuk didiagnosis terlebih dahulu.


 Republika 29 November 2015

Related Posts
Previous
« Prev Post