Muhammad Abduh

Muhammad Abduh, Tokoh Pergerakan dan Pendidikan Mesir

Tak berlebihan menyebut tokoh yang lahir di pedusunan daerah Delta Nil, Mesir, pada 1849 ini sebagai pemikir dan pendidik Islam yang berpengaruh pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Setelah menuntaskan pendidikan tingginya di salah satu kampus Islam tertua, Al-Azhar, ia benar-benar mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan.

Pada 1878 M, atas usaha perdana menteri Mesir, Riyadl pasya, ia diangkat menjadi dosen Universitas Dar Al-Ulum, disamping kesibukannya mengajar di Al-Azhar.

Untuk pertama kalinya ia mengajar di Al-Azhar mata kuliah ilmu mantiq (logika) serta ilmu kalam (teologi), serta mengajar ilmu-ilmu bahasa Arab.

Akibat keaktifannya memperlemah peran Barat atas Mesir, Abduh diasingkan dan harus meninggalkan tempatnya mengajar. Pada 1885 M, Abduh sampai ke Beirut dan menetap dalam beberapa tahun di ibu kota Lebanon itu.

Selama menetap di tempat pengasingan, ia tak meninggalkan kegemaran dan panggilan jiwanya mengajar. Ia mengabdi di Perguruan Sultaniyah.

Rumahnya yang ada di Beirut juga dijadikan tempat mengajar dari berbagai keyakinan, mulai dari Islam, Kristen, dan Druze.

Selain itu, di Beirut, Abduh juga mendirikan suatu organisasi yang bertujuan untuk menggalang kerukunan antarumat beragama. Organisasi ini telah membuahkan hasil-hasil positif.

Ini terbukti dengan dimuatnya artikel-artikel yang sifatnya menonjolkan ajaran-ajaran Islam secara objektif pada media massa di Inggris. Padahal, ketika itu jarang sekali dijumpai hal serupa di media Barat.

Namun, organisasi ini dan aktivitas anggotanya dinilai oleh penguasa Turki di Beirut mempunyai tujuan-tujuan politik. Karenanya, penguasa tersebut mengusulkan kepada Pemerintah Mesir untuk mencabut hukuman pengasingannya agar ia segera kembali ke Mesir.

Akhirnya, pada 1888 Abduh kembali ke tanah airnya di Mesir. Namun, Pemerintah Mesir tidak mengizinkannya untuk mengajar. Mesir menunjuk Abduh sebagai hakim di pengadilan daerah Banha.
Beberapa kali Abduh dipindahkan dari satu daerah ke daerah lain dalam kedudukan yang sama. Pada 1894, Abduh diangkat menjadi anggota dewan administrasi Al-Azhar.

Ia membawa perubahan dan perbaikan ke dalam tubuh Al-Azhar. Ia mengusulkan perubahan sistem pengadilan agama dan melanjutkan perjuangannya memperbarui pendidikan, pengajaran, kesejahteraan guru, dan administrasi Al-Azhar.

Puncakna pada 1899, Abduh diangkat menjadi mufti besar Mesir. Kedudukan tinggi tersebut tetap ia pegang hingga ajal menjemputnya pada 1905.

Republika 10 April 2016



Related Posts
Previous
« Prev Post