Kasus kematian akibat resistensi antibiotic banyak terjadi
di dunia.
Sejak pertama kali ditemukan pada 1928, antibiotic sangat
berguna untuk menyembuhkan banyak pasien dengan penyakit infeksi. Saat ini,
pengobatan banyak jenis penyakit akibat mikroba atau bakteri umumnya diatasi
dengan antibiotic.
Antibiotic adalah segolongan molekul yang dihasilkan oleh
suatu mikroba, terutama fungi atau jamur, baik alami maupun sintetik. Obat
tersebut mempunyai efek menekan atau menghentikan proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi dalam bakteri.
Antibiotic adalah obat ampuh dan bermanfaat jika digunakan
dengan benar. Namun, jika digunakan tidak semestinya, antibiotic justru akan
mendatangkan berbagai kerugian bagi orang yang mengonsumsinya.
Dahulu, banyak orang meninggal karena infeksi, tetapi dengan
adanya antibiotic, masalah tersebut bisa teratasi.
Antibiotic hanya bermanfaat dan efektif untuk membunuh
bakteri, tapi tidak membunuh virus.
Penyakit yang bisa diobati dengan
antibiotic adalah penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Jika
penggunaan antibiotic kurang tepat, bisa menyebabkan resistensi terhadap
antibiotic.
Resistensi terhadap antibiotic maksudnya adalah bakteri yang
ada di dalam tubuh penderita memiliki kemampuan untuk melawan efek obat.
Resistensi antibiotic ini dampaknya bisa fatal, yaitu menyebabkan kematian.
Kasus kematian akibat resistensi antibiotic sudah banyak
terjadi di dunia. Menurut data WHO pada 2007, di Eropa Barat, kasus kematian
akibat masalah ini mencapai 25 ribu per tahun.
Pada 2050, diperkirakan 10 juta kematian akibat resistensi
antimikroba akan terjadi per tahunnya, termasuk di antaranya 4,6 juta kematian
akan terjadi di Asia. Resistensi antibiotic akan menjadi pembunuh utama manusia
atau pembunuh terbesar. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran di
masyarakat mengenai resistensi antibiotic.
Tidak semua penyakit memerlukan antibiotic. Misalnya, flu,
pilek, radang tenggorokan, infeksi telinga, bronchitis dan berbagai penyakit
lainnya tidak memerlukan antibiotic.
Pasien diberikan antibiotic apabila terjadi demam tinggi,
dahak berubah warna menjadi hijau atau kuning, dan darah putih tinggi.
Untuk mengatasi resistensi antibiotic memang tidak terlihat
jelas gejalanya. Namun, biasanya penyakit yang diderita pasien tidak
sembuh-sembuh, terutama infeksi. Jadi ketika diberikan antibiotic, sudah tidak
mempan. Bahkan ada yang kebal terhadap antibiotic apapun.
Untuk mengurangi resistensi antibiotic, seseorang disarankan
untuk tidak sembarangan mengonsumsi antibiotic. Obat tersebut hanya didapatkan
dengan resep dokter sesuai dengan dosis dan jangka waktunya. Obat tersebut juga
harus dikonsumsi sesuai waktunya dan dihabiskan.
Republika 22 Januari 2016