Kebanyakan penderitanya di daerah pesisir pantai karena
mereka tidak melindungi mata dari sinar ultraviolet.
Saat ini, mungkin belum banyak orang yang mengetahui secara
mendalam mengenai penyakit mata katarak. Sebagian orang banyak yang berpendapat
bahwa penyakit ini identic dengan penyakit orang lanjut usia.
Padahal, faktanya penyakit gangguan penglihatan ini juga
dapat menyerang orang yang lebih muda, bahkan bayi sekalipun. Lebih disayangkan
lagi, ternyata menurut data dari WHO, Indonesia menjadi negara dengan kasus
penderita katarak tertinggi di Asia.
Bahkan, Indonesia menempati posisi kedua jumlah penderita
katarak sedunia, hampir setara dengan negara miskin Ethiopia yang menempati
posisi pertama dengan jumlah penderita katarak terbanyak.
Kebanyakan penderita katarak di Indonesia ditemukan di
pesisir pantai. Ini diakibatkan karena masyarakat di sana yang berprofesi
sebagai nelayan masih kurang memahami bahaya yang ditimbulkan akibat tidak
melindungi mata dari paparan sinar ultraviolet (UV).
Masyarakat di sana masih belum paham akan bahayanya.
Makanya, tidak hanya orang lanjut usia yang terkena penyakit ini, belakangan
ditemukan kasus penderita katarak terjadi di usia 20-30 tahunan. Bahkan, ada
juga yang sejak bayi sudah menderita penyakit ini akibat faktor bawaan lahir.
Saat ini kasus penyakit katarak di Indonesia memang sangat
memprihatinkan. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengetahui penyakit ini
sejak awal sulit dilakukan.
Berdasarkan riset kesehatan 2013, prevalensi jumlah
penderita katarak di Indonesia saat ini adalah 0,1 persen per tahun. Dalam kata
lain, setiap tahun di antara 1000 orang terdapat seorang penderita katarak
baru. Penduduk Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun
lebih cepat dibandingkan penduduk di daerah subtropics.
Kurang lebih sekitar 16-22 persen penderita katarak yang
dioperasi berusia di bawah 55 tahun. Penyebab awalnya beragam, mulai dari mata
minus, mata plus, hingga kelainan organ mata (cacat bawaan sejak lahir biasanya
diderita bayi).
Penyakit katarak biasanya memang tumbuh secara perlahan dan
tidak menyebabkan rasa sakit. Pada tahap awal, kondisi ini hanya akan
memengaruhi sebagian kecil bagian dari lensa mata dan tidak akan memengaruhi
pandangan.
Saat katarak tumbuh lebih besar, noda akan mulai menutupi
lensa mata dan mengganggu masuknya cahaya ke mata. Pada akhirnya, pandangan
mata Anda akan kabur dan mengalami distorsi atau kebutaan.
Gejala awal penyakit katarak ini antara lain mengalami
pandangan mata yang kabur (seperti ada awan dan berasap), sulit melihat ketika
malam hari, sensitif pada cahaya, terdapat lingkaran cahaya saat memandang
sinar, dan warna mata memudar (timbul bercak berwarna putih). Jika sudah
memiliki keluhan dari gejala-gejala tersebut, dihimbau agar secapatnya pasien
diperiksakan ke dokter.
Katarak memang tidak akan merusak fisik kita, tapi katarak
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari karena berakibat kebutaan. Kalau sudah
begitu, jalan operasi menjadi solusi paling efektif untuk mengatasinya.
Sayangnya, masyarakat masih berpikir dan merasa takut untuk melakukan tindakan
ini.
Hal ini disebabkan pada zaman dahulu operasi katarak banyak
mengambil risiko tinggi terhadap pasien. Hal tersebut diakibatkan karena alat
untuk melakukan operasi belum secanggih sekarang.
Dahulu operasi katarak membutuhkan pisau khusus untuk
membuat sayatan pada mata sehingga membuat penderita merasa ketakutan sebelum
melakukan operasi. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, hal tersebut
sudah jarang dilakukan oleh para dokter. Saat ini sudah banyak peralatan medis
yang menyediakan layanan operasi katarak dengan menggunakan alat canggih
seperti laser sehingga dapat meminimalisasi risiko yang tidak diinginkan.
Republika 21 Oktober 2015