Para orangtua tentunya menghadapi tantangan dan permasalahan
tersendiri dalam pola pengasuhan anak masa kini. Karena itu, baik orangtua
maupun anak-anak dari generasi millennial, dituntut lebih membangun ikatan
keluarga yang kuat.
Psikolog anak, Rosdiana, menjelaskan bahwa terpaan teknologi yang
intensif berdampak pada pola pengasuhan anak. Namun, orangtua dari generasi ini
cenderung terlalu khawatir dengan tuntutan sosial, terutama media sosial. Maka,
tak heran, bila akhirnya orangtua sering kali melakukan swafoto (selfie) maupun
memotret keluarga mereka yang dianggap sempurna dan mengunggahnya ke media
sosial.
Lebih disayangkan lagi, perilaku di media sosial seperti itu
dilakukan hanya untuk kepentingan pencitraan semata. Dari sudut pandang
psikologi, kebiasaan itu justru dapat memberikan tekanan baik, baik terhadap
orangtua maupun pihak anak.
Karena itu, teknologi dan media sosial seharusnya digunakan secara
bijak dan dijadikan medium yang tepat guna oleh orangtua. “Misalnya, teknologi
dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi yang tepat dan cepat mengenai
pengasuhan anak, kebutuhan asupan gizi anak, maupun informasi lainnya yang
relevan dengan kebutuhan anak.”
Di samping ekses negative, sebenarnya perkembangan teknologi tentu
memiliki ekses positifnya. Ekses negatif jika anak terlalu akrab dengan
teknologi atau gadget, ia minim bersosialisasi dan tubuhnya menjadi kurang
bugar lantaran jarang digerakkan. Sementara, positifnya, anak bisa lebih melek
teknologi dan cepat fokus atau konsentrasi.
Jadi teknologi memang tidak melulu negatif, hanya perlu dibatasi,
misalnya, menonton film gambar bergerak tidak lebih dari dua jam, menonton
youtube cukup 30 menit, sisanya main game dibatasi. Itu juga untuk mencegah
mata minus.
Soal tubuh yang bugar dan sehat, tentunya sangat dibutuhkan oleh
anak-anak untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik saat dia tumbuh dewasa.
Namun, umumnya saat ini pola hidup masyarakat tidak sehat.
Menurut ahli gizi, dr. Samuel Oetoro, kebanyakan orang kurang memerhatikan
kebugaran. Sehat dan bugar adalah suatu hal yang berbeda. Kebugaran lebih
menekankan kepada kualitas hidup yang dijalani. Sementara, sehat, tatkala tubuh
belum jatuh sakit, namun ketidakbugaran justru dapat memicu penyakit.
Dalam generasi millennial, kebugaran seolah telah menjadi barang
langka lantaran padatnya kesibukan sehari-hari.
Sumber:
Republika 23 Desember hal. 26