Masalah pemanasan global bisa menjadi pemicu seseorang
mengalami kecemasan.
Anda sering merasa panic dan cemas ketika meninggalkan suatu
benda, seperti telepon genggam? Pada kondisi tersebut, kebanyakan orang mungkin
berpikir lebih baik meninggalkan dompet daripada harus meninggalkan telepon
genggam. Ketika telepon genggam tertinggal, seseorang cenderung merasa panic
dan gelisah.
Kondisi tersebut ternyata masuk ke dalam gejala ringan
gangguan kecemasan yang banyak dialami manusia. Disadari atau tidak, banyak di
antara kita yang kerap mengalami masalah ini.
Banyak pemicunya, mulai dari akibat faktor lingkungan, gaya
hidup kaum urban yang serba cepat, dan masalah pemanasan global adalah sebagian
umum yang bisa memicu seseorang mengalami kecemasan.
Kecemasan merupakan suatu masalah yang berkaitan dengan
timbulnya gejala-gejala sistem saraf otonom di dalam tubuh. Biasanya kecemasan
itu ditandai dengan timbulnya dua komponen gejala, yaitu gejala fisik dan
psikologis.
Untuk gejala fisik biasanya ditimbulkan tubuh, seperti
jantung berdebar, diare, pusing, berkeringat dingin, sesak napas, mual.
Sementara gejala psikologis ditandai dengan perasaan khawatir, waswas, gugup,
dan ketakutan.
Dalam praktik sehari-hari, beberapa diagnosis gangguan cemas
yang sering ditemukan adalah gangguan cemas menyeluruh, gangguan cemas panic,
gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pascatrauma, fobia sosial, fobia
spesifik. Namun, semua kecemasan tersebut ternyata memiliki dampak negatif dan
positif.
Kalau karakter kecemasan yang muncul bersifat positif dan
mekanisme penanganan atau terapi dapat dilakukan dengan tepat, dipastikan
individu tersebut bisa menghadapi serta mengendalikan gangguan tersebut dengan
baik.
Akan tetapi, apabila terjadi kebalikannya dan menimbulkan
kecemasan berlebih hingga ketegangan terus-menerus, perlu melakukan terapi
dengan psikolog atau psikiater.
Kecemasan yang berlebih kiranya juga patut untuk diwaspadai
karena dapat mengancam jiwa.
Kalau gejala kecemasan sudah masuk ke dalam fase gangguan
jiwa yang mengakibatkan gangguan depresi, baik pasien maupun paramedic, perlu
melakukan penanganan khusus.
Penanganan khusus itu diperlukan karena dalam kondisi
tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan fungsional pasien dalam
pekerjaan. Tak hanya itu, kecemasan berlebihan dapat menimbulkan gejala fisik
yang tidak bisa dijelaskan secara medic (psikosomatik). Sementara, pada
gangguan yang lebih lama dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk bunuh
diri.
Oleh karena itu, jika kecemasan tidak ditangani dengan baik,
dapat berakibat depresi atau gejala gangguan lainnya yang lebih parah. Dengan
mengendalikan kecemasan yang baik, tingkat produktivitas seseorang pun dapat
terjaga untuk hidup yang lebih berkualitas.
Pada dasarnya kasus-kasus gangguan jiwa, seperti cemas dan
depresi, ini bisa disembuhkan. Akan tetapi, pasien sering kali menunggu terlalu
lama untuk datang ke paramedic karena cenderung merasa malu jika harus datang
ke psikolog atau psikiater.
Terapi pada praktik psikiater bisa dilakukan dengan
menggunakan obat atau psikofarmakologi maupun psikoterapi. Kombinasi dari dua
cara pengobatan tersebut dapat diterapkan bersamaan kepada pasien yang
mengalami masalah gangguan jiwa. Untuk terapi secara psikofarmakologi dalam
pengobatan gangguan cemas ini dapat menggunakan obat antidepresan. Obat ini
dapat bekerja dengan cepat setelah dikonsumsi.
Namun dihimbau bahwa penggunaan obat-obaan golongan tersebut
harus dibawah pengawasan dokter ahli. Dengan begitu, pasien bisa mendapatkan
dosis dan pengobatan yang tepat. Selain dengan terapi menggunakan obat, terapi
kognitif dan perilaku secara ilmiah juga terbukti dapat mengatasi masalah
gangguan cemas dan depresi, seperti melakukan relaksasi, sosialisasi, dan
berolahraga.
Republika 23 November 2015