Trauma berkepanjangan yang dialami pasien pascakecelakaan
dapat mengancam jiwa.
Tidak ada satu orang pun di dunia yang menginginkan dirinya
atau keluarganya tertimpa kecelakaan. Namun, pada kenyataannya kecelakaan dapat
terjadi dimana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja tanpa pandang bulu.
Ketika mengalami kecelakaan, seseorang bisa dihadapkan
dengan beberapa kemungkinan. Di antaranya, kehilangan nyawa, sembuh total, atau
sembuh tapi mengalami kecacatan. Kita patut bersyukur apabila akibat kecelakaan
tersebut masih dapat selamat, lalu kemudian sembuh total.
Akan tetapi, tak jarang banyak orang yang sembuh tapi
mengalami kecacatan fisik dan secara tidak sadar menimbulkan trauma mendalam.
Terlebih jika orang tersebut mengalami kecelakaan besar dan efeknya juga sangat
fatal bagi keberlangsungan hidup mereka ke depan.
Disadari atau tidak, trauma berkepanjangan yang dialami
pasien pascakecelakaan dapat mengancam jiwa mereka. Hal ini disebabkan trauma
menjadi penyebab kematian terbesar pada usia muda atau dibawah 35 tahun.
Penyebab trauma yang paling besar adalah kecelakaan lalu
lintas. Bahkan, pada 2020 mendatang, kematian akibat kecelakaan tersebut
diperkirakan akan meningkat hingga mencapai 8 juta orang.
Kecelakaan dapat terjadi kapan pun, dan kepada siapa pun.
Sebanyak 80 persen penderita trauma mengalami gangguan sistem musculoskeletal,
sedangkan 50 persen meninggal pada saat kecelakaan atau beberapa menit setelah
kecelakaan.
Musculokeletal adalah kondisi terjadinya gangguan sistem
kompleks yang melibatkan otot-otot, kerangka tubuh, termasuk sendi, ligamen,
tendon, dan saraf. Gangguan pada sistem tersebut juga bisa menimbulkan
kecacatan dan trauma pascakecelakaan.
Selain itu, tingginya angka kecelakaan dan trauma tersebut,
disebabkan oleh pertolongan yang kurang tepat dan cepat. Oleh karena itu,
penting sekali bagi korban kecelakaan untuk secepatnya dibawa ke rumah sakit
yang mempunyai sarana yang memadai.
Pasien trauma memerlukan evaluasi dan manajemen jalan napas,
bantuan pernapasan, penghentian darah, dan transportasi yang cepat dan aman ke
rumah sakit agar mendapatkan pertolongan.
Apabila hal tersebut tidak segera dilakukan, dikhawatirkan
justru akan mengancam jiwa sang pasien. Sayangnya, ketika pasien mengalami
kecelakaan di jalan raya, belum tentu lokasinya dekat dengan rumah sakit.
Hal inilah yang membuat korban sulit diselamatkan. Sehingga,
meningkatkan risiko pasien mengalami trauma dan kecacatan. Mobil ambulans yang
datang pun belum tentu cepat sampai di tempat kejadian. Kondisi ini membuat
beberapa rumah sakit harus pandai membantu mengatasi masalah tersebut guna
menekan angka kematian dan kecacatan pada korban kecelakaan.
Kita juga dapat melakukan beberapa teknik pertolongan
pertama pada pasien sebelum ambulans datang. Hal pertama dan paling penting
adalah jangan panic, kemudian hubungi tim medis.
Jika ada paah tulang, lakukan stabilisasi dengan meletakkan
spalk maupun tumpuan dengan melewati dua sendi. Dan yang terpenting memang
harus dibawa ke rumah sakit.
Jika terpaksa membawa korban ke rumah sakit dengan kendaraan
sendiri, usahakan jangan gunakan mobil keci. Sebaiknya gunakan mobil yang cukup
besar agar pasien dapat berbaring dengan lurus dan tubuhnya tidak menekuk
karena takut lukanya semakin parah dan lebar.
Setelah sampai di rumah sakit dan ruang unit gawat darurat,
pasien yang datang juga harus melewati proses triase untuk menilai kondisinya.
Dengan begitu, tenaga medis bisa menentukan tingkat kegawatdaruratan yang
dialami korban.
Republika 2 Desember
2015