Umumnya penyakit glaucoma di Indonesia akibat faktor
genetika.
Mata penting peranannya bagi kehidupan setiap makhluk hidup.
Jika mata bermasalah, bahkan sampai mengalami kebutaan, tentu dapat menghambat
produktivitas seseorang dalam bekerja dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
Glaukoma adalah penyakit saraf mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan bola mata. Kerusakan
ini juga ditandai dengan gambaran khas kerusakan mata serta gangguan luas
penglihatan.
Peningkatan tekanan bola mata ini terjadi karena
ketidakseimbangan produksi cairan bola mata dengan jumlah yang dikeluarkan
melalui trabekulum atau depan bola mata. Sehingga, berujung pada kerusakan
saraf mata dan kebutaan.
Angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5 persen. Sebanyak 60
persen di antaranya akibat katarak, 0,2 persen akibat glaucoma, dan sisanya
akibat penyakit gangguan retina.
Glaukoma jelas berbeda dengan katarak. Kalau katarak di
operasi bisa sembuh karena cairannya hanya menumpuk di depan mata dan bisa
disedot. Kalau glaucoma dan penyakit akibat gangguan retina biasanya buta
permanen.
90 persen masalah kebutaan ini umumnya terjadi di negara
berkembang. Sementara, di tanah air, jumlah penderita kebutaan mencapai 2,4
persen dan menjadi masalah sosial.
Glaukoma juga bisa menyerang siapa saja, bahkan bayi dan
anak-anak. Faktor risiko glaucoma adalah genetic, lingkungan (gaya hidup),
diabetes, hipertensi, jantung, trauma akibat kecelakaan, myopia, kebanyakan
mengonsumsi obat-obatan steroid, hingga migraine akibat adanya penyempitan
pembuluh darah di otak.
Glaukoma juga terdiri dari banyak jenis. Antara lain
glaucoma sudut terbuka primer, glaucoma sudut tertutup akut, glaucoma sekunder,
dan glaucoma kongential. Di Indonesia, glaucoma sudut terbuka primer paling
sering ditemui karena bersifat genetic.
Sebagian besar kasus glaucoma tidak bergejala. Akibatnya,
kasus banyak ditemui dalam tahap lanjut. Pada tahap akut, pasien melihat sumber
cahaya dan timbul warna pelangi di
sekitar cahaya itu. Gejala lain, mata terasa sakit, disertai sakit kepala dan
mual, penglihatan buram mendadak, dan berkurang luas lapang penglihatannya.
Glaukoma hingga saat ini belum ditemukan obatnya. Maka
sangat penting untuk menjaga kesehatan mata kita. Terutama bagi mereka yang
memiliki faktor risiko. Periksakan pula mata kita secara teratur satu hingga
dua tahun sekali.
Disarankan untuk membiasakan hidup sehat dan makan makanan
sehat, kurangi konsumsi obat-obatan steroid, termasuk penggunaan obat tetes
mengandung bahan serupa. Sebab, kandungan steroid dapat merusak saraf mata,
mengakibatkan glaucoma, dan kebutaan.
Apabila mengalami gangguan penglihatan pada mata, sebaiknya
segera periksakan ke dokter mata. Jangan dibiarkan berlarut-larut karena
dikhawatirkan risiko paling parahnya adalah pasien dapat mengalami kebutaan.
Republika 29 Februari 2016