Orang sering berpendapat, dengan menikah tak ada lagi
wilayah pribadi bagi suami dan istri.
Menikah berarti menyatukan dua insan yang berbeda untuk
mengarungi kehidupan secara bersama-sama. Definisi menyatukan tak jarang dimaknai
dengan tidak adanya lagi privasi di antara suami dan istri.
Ada hal-hal pribadi pasangan yang perlu dihormati meski
sepasang pria dan wanita sudah terikat dalam pernikahan. Alasannya, privasi
merupakan hal penting yang dapat menjaga hubungan rumah tangga suami dan istri
tetap sehat.
Disamping menghargai privasi pasangan, pasangan tetap
menjunjung keterbukaan satu sama lain. Meski pasangan tidak perlu tahu berbagai
hal secara mendetail, keterbukaan yang terjalin antara pasangan suami dan istri
dapat mengurangi kemungkinan timbulnya kecurigaan.
Jika komunikasi dan keterbukaan tidak terjalin dengan baik,
rasa tidak percaya dan curiga akan mendorong seseorang untuk memata-matai
pasangan. Salah satunya dengan mengakses gadget atau dompet pasangan yang notabenenya
merupakan area pribadi.
Ketika pasangan mengakses area pribadi secara
sembunyi-sembunyi karena curiga, hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan sudah
tidak terjalin sehat.
Ketika suami atau istri secara sembunyi-sembunyi mengakses
gadget atau dompet pribadi pasangan, ada masalah kepercayaan yang sedang
terjadi. Masalah kepercayaan ini dapat timbul di antara pasangan ketika salah
satu pihak sudah mengatasi masalah tersebut.
Bicara,bukan melacak
Hal yang perlu dilakukan ketika masalah kepercayaan ini
terjadi ialah dengan berkomunikasi dan bersikap terbuka.
Pihak yang dilanda curiga atau merasa sesuatu yang
mengganjal harus secara terbuka mencari informasi dengan secara terbuka
bertanya kepada pasangan. Sebaliknya, pasangan yang ditanya pun harus secara
terbuka memberikan pernyataan atau klarifikasi.
Kalau ada yang tidak nyaman, tanyakan, bukan mencurigai.
Bukan hal yang sulit untuk menumbuhkan keterbukaan dan
kepercayaan di antara hubungan suami-istri. Kedua pasangan hanya perlu
menyadari, keterbukaan merupakan hal penting dan menyadari bahwa tiap manusia
tak luput dari kesalahan. Dengan begitu, pihak yang mungkin melakukan kesalahan
dapat dengan terbuka berkomunikasi kepada pasangannya dan pasangan yang
mendengarkan pengakuan tersebut tidak beraksi secara berlebihan.
Alasannya, tak jarang seseorang yang terbuka menjadi enggan
untuk kembali bersifat terbuka kepada pasangan karena reaksi yang kurang
mengenakkan. Karena emosi, tak jarang pasangan justru mengungkit-ungkit masalah
di masa lalu yang tidak ada hubungannya dengan permasalahan yang sedang
terjadi. Jika hal ini dibiarkan, tak jarang keharmonisan rumah tangga
terganggu.
Republika 24 Januari 2016