Demensia vaskuler (kepikunan) bisa terjadi pada setiap
orang. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa penyakit ini bisa dipicu dari
hipertensi atau tekanan darah tinggi. Selain menyebabkan gangguan fungsi ginjal
dan jantung. Hipertensi dinyatakan sebagai faktor utama demensia.
Secara keseluruhan demensia disebabkan oleh berbagai faktor.
Salah satunya adalah faktor genetic, usia, jenis kelamin, dan faktor risiko
yang dapat dimodifikasi, yakni gaya hidup, merokok, dan penyakit komorbiditas
(hipertensi dan diabetes mellitus).
Terdapat buktinya bahwa hasil penelitian menunjukkan
kejadian hipertensi di usia menengah menjadi faktor risiko di usia senja.
Apabila pengontrolan tekanan darah dilakukan dengan baik, dapat mencegah dan
memperlambat terjadinya demensia vaskuler dan Alzheimer.
Salah satu gangguan akibat demensia adalah visuo-spasial.
Pada kasus ini, pasien kerap ditemukan tersesar pulang ke rumahnya sendiri,
lupa di mana ia berada, lupa harus ke tempat tersebut dan tidak tahu bagaimana
kembali ke rumah.
Kondisi ini disebabkan oleh pengerutan otak lebih cepat
akibat hipertensi. Berbagai penelitian menunjukkan pengobatan obat
antihipertensi dapat menurunkan risiko demensia sebesar delapan persen setiap
tahunnya, terutama bagi pasien yang berusia di bawah 75 tahun.
Untuk itu, dalam menanggulangi penyakit hipertensi hingga
menyebabkan demensia dan alzheimeer, masyarakat berperan penting dalam melawan
penyakit itu. Untuk mencegahnya, kita wajib menjalankan pola hidup sehat, minum
obat secara teratur, dan memeriksa tekanan darah secara rutin ke dokter.
Dalam memerangi hipertensi dibutuhkan manajemen dan
pengetahuan komprehensif. Jadi tidak hanya sekedar minum obat, tapi juga harus
memiliki pengetahuan berbagai terapi agar penyembuhannya dapat optimal dan
tidak sekedar teoritis.
Semakin dewasa seseorang, semakin tinggi pula risiko terkena
hipertensi. Peningkatan tekanan darah ini juga dapat menimbulkan bermacam efek
penyakit yang berlipat ganda.
Selain mencegah demensia dan Alzheimer, penurunan tekanan
darah tinggi juga mengurangi risiko stroke dan penyakit jantung. Untuk
mengontrol tekanan darah tinggi, dibutuhkan dua obat antihipertensi agar
penurunannya dapat dilakukan lebih baik.
Republika 25 Februari 2016