Ibadah wudhu tampaknya sepele dan mudah dilakukan. Karena
itu, banyak umat Islam yang memandangnya biasa-biasa saja. Padahal, bila wudhu
dikerjakan tidak sempurna, shalatnya pun tidak akan diterima. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Shalat salah seorang di antara kalian tidak akan
diterima ketika masih berhadats sampai dia berwudhu.” (HR. Bukhari)
Kendati sederhana, namun kegiatan bersuci sebelum
mengerjakan shalat ini ternyata manfaatnya sangat besar. Dari hasil studi dan
riset para sarjana dan ahli kesehatan, terungkap bahwa berwudhu dengan cara
yang baik dan benar akan mencegah seseorang dari bermacam penyakit.
Salah satunya adalah kajian Muhammad Salim tentang manfaat
wudhu untuk kesehatan. Dalam penelitiannya,Salim juga menganalisis komparasi
masalah kesehatan hidung dari orang-orang yang tidak berwudhu dan yang berwudhu
secara teratur selama lima kali dalam sehari sebelum mendirikan shalat.
Salim mengambil zat dalam hidung pada selaput lendir dan
mengamati beberapa jenis kumannya. Pekerjaan ini ia lakukan selama
berbulan-bulan. Berdasar analisisnya, lubang hidung orang-orang yang tidak
berwudhu memudar dan berminyak, terdapat kotoran dan debu pada bagian dalam
hidung, serta permukaannya tampak lengket dan berwarna gelap.
Adapun orang-orang yang teratur dalam berwudhu, permukaan
rongga hidungya tampak cemerlang, bersih, dan tidak berwudhu.
Buya Hamka, pernah menuliskan keutamaan wudhu dan
mengaitkannya dengan konsep penyucian jiwa. Sekurang-kurangnya lima kali dalam
sehari-semalam setiap muslim diperintahkan untuk berwudhu dan mengerjakan
shalat. Meskipun wudhu belum batal, disunahkan pula memperbaruinya.
Beliau menerangkan hikmah wuhdu, “Mencuci muka artinya
mencuci mata, hidung, mulut, dan lidah kalau-kalau tadinya berbuat dosa ketika
melihat, berkata, dan makan. Mencuci tangan yang terlanjur berbuat salah.
Membasuh kaki dan lain-lain demikian pula. Mereka memperbuat hikmat-hikmat itu
meskipun dalam hadits dan dalil tidak ditemukan.”
Tujuannya adalah supaya manusia jangan membersihkan lahirnya
saja, sementara batinnya tetap kotor. Hati yang masih tamak, loba, dan rakus,
kendati sudah berwudhu, maka wudhunya lima kali sehari semalam itu berarti
tidak berbekas dan tidak diterima oleh Allah Ta’ala, dan shalatnya pun tidak
akan mampu menjauhkan dirinya dari perbuatan keji dan munkar.
Buya Hamka menambahkan, wudhu itu dapat menyehatkan badan. Bukanlah
kita hidup ini untuk mencari pujian dan bukan pula supaya kita paling atas di
dalam segala hal. Meskipun itu tidak kita cari, kalau kita senantiasa menjaga
kebersihan, kita akan dihormati orang juga.
Majalah Sedekah Plus Edisi 19 tahun II Agustus 2015