Anemia Pada Bayi

Anemia Mengintai Bayi Yang Baru Lahir

Bayi dengan lahir premature bisa mengalami anemia yang biasanya diderita oleh orang dewasa.
Setiap orang tua tentu menginginkan anak yang lahir dengan kondisi sehat tanpa menderita penyakit apapun. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, nyatanya banyak bayi yang lahir dengan berbagai masalah kesehatan bawaan. Masalah itu muncul akibat kondisi bayi yang lahir belum cukup bulan (premature), makanan, lingkungan, hingga bawaan penyakit dari sang ibu.

Penyakit kuning merupakan gangguan kesehatan yang umum terjadi pada bayi yang baru lahir. Penyakit itu diakibatkan belum sempurnanya organ hati yang dimiliki oleh sang bayi. Namun, tak banyak orang yang tahu ternyata ada gangguan kesehatan lain yang juga kerap mengintai para bayi, yakni penyakit yang berhubungan dengan kelainan darah, seperti anemia.

Masyarakat awam mungkin lebih sering mendengar penyakit ini banyak diderita oleh orang dewasa. Padahal, penyakit kekurangan darah merah bisa juga diderita oleh bayi baru lahir, terutama bayi yang lahir premature.

Anemia memang kerap dianggap sebagai penyakit biasa. Padahal, kekurangan zat besi pada masa kanak-kanak, terutama yang diderita para bai, dapat menimbulkan dampak serius apabila tidak segera diatasi. Kondisi tersebut sulit dipulihkan, terutama jika sudah berdampak pada gangguan kecerdasannya.

Anemia pada bayi ini salah satunya bisa disebabkan pengambilan sel darah yang dilakukan berulang. Proses ini sebenarnya berguna untuk keperluan tes laboratorium yang dilakukan oleh para medis guna mengetahui kadar sel darah merah pada sang bayi.

Normalnya, jumlah kandungan zat besi pada saat bayi baru lahir adalah satu gram dengan kebutuhan zat besi untuk proses eritropoesis sebanyak 20 mg/hari.

Gejala anemia pada bayi ini umumnya ditandai dengan berkurangnya kadar hemoglobin di bawah normal untuk seusianya. Berdasar kriteria WHO, anemia pada anak kurang dari usia lima tahun ditandai dengan nilai hemoglobin kurang dari 11 gram. Untuk mengetahuinya, memang diperlukan pemeriksaan darah di laboratorium.

Selain itu, penyebab lain dari anemia yang diderita bayi dan balita adalah ketika proses persalinan saat darah dalam tubuh bayi bisa hilang dalam jumlah yang besar. Hal itu terjadi jika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya. Namun, kondisi ini juga bisa terjadi akibat robekan pada tali pusar.

Bayi yang menderita anemia akan tampak sangat pucat, sesak napas, dan tekanan darahnya rendah. Anemia pada bayi akan semakin parah bila pertumbuhan bayi lebih cepat ketimbang laju 
pembentukan sel darah merah yang baru. Bayi premature biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala anemia dan kondisi ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu satu-dua bulan.

Sementara penyebab lain anemia pada anak-anak adalah defisiensi asam folat dan vitamin B12. Kekurangan mikronutrien tersebut menyebabkan talasemia dan sterositosis.

Defisiensi zat besi pada bayi baru lahir dengan kondisi premature juga disebabkan oleh menurunnya cadangan zat besi pada saat lahir, kenaikan beraat badan pascalahir dengan cepat, dan tentunya juga akibat pengambilan sampel darah yang berlebihan.

Anemia prematuritas terjadi karena adanya penurunan masa sel darah merah yang menurun saat lahir, penurunan ketahanan hidup sel darah merah, dan rendahnya respons EPO terhadap anemia. Selain ASI, bayi yang terlahir dengan anemia prematuritas membutuhkan asupan tambahan berupa susu formula sebagai penghasil besi.

ASI mempunyai efek protektif karena mengandung laktobakterin yang dapat mengikat besi bebas sehingga mengurangi absorpsi besi dalam makanan dan mengurangi oxidative stress karena besi. Kebutuhan zat besi yang diperlukan pada bayi premature dengan berat 1000 gram adalah 4 mg/kg/hari.


Republika 13 November 2015

Related Posts
Previous
« Prev Post