Sebagai calon generasi penerus bangsa, anak-anak Indonesia
tentu membutuhkan asupan gizi yang seimbang setiap harinya. Hal ini berguna,
agar kelak mereka dapat menjadi individu yang tangguh, pintar, dan cerdas dalam
membangun bangsa.
Takaran kebutuhan gizi harian pada anak setiap harinya harus
terpenuhi dalam jenis yang berbeda-beda. Semua itu disesuaikan dengan umur,
jenis kelamin, dan aktivitas hariannya. Terkecuali, bagi anak balita, kebutuhan
gizi harian mereka rata-rata hampir setara bagi setiap anak.
Jenis asupan yang penuh dengan gizi bagi bayi dan balita
adalah air susu ibu (ASI). Balita membutuhkan 900-1200 miligram kalori per
hari. Tapi, yang terpenting adalah orang tua harus memperhatikan intensitas pola
makan anak tiga kali dalam sehari.
Jajanan yang dikonsumsi anak juga harus mencukupi kebutuhan
gizi mereka. Tidak boleh asal sembarangan makan jajanan. Akan tetapi, bukan
berarti anak tidak boleh makan jajanan di luar rumah, tapi perlu diawasi baik
makan pagi, siang, malam hingga camilan setelah jam makan.
Namun bagaimanakah mengupayakan kebutuhan gizi anak yang
tingga di daerah terpencil? Ini pun tentunya menjadi permasalahan lain yang
saling berkaitan karena tidak semua anak Indonesia bisa makan makanan seimbang
ditambah dengan mengonsumsi susu sebagai pelengkap gizi.
Bagi mereka yang tingga di daerah terpencil dapat
memberdayakan makanan pokok lokal yang kaya karbohidrat sebagai makanan utama.
Diselingi dengan makanan pelengkap gizi lain, seperti jagung, tiwul, singkong
yang dapat dicampur dengan lauk sayur atau kacang hijau.
Agar makanan yang dikonsumsi tidak monoton, penting untuk
diberikan makanan pendamping makanan pokok, karena sangat penting untuk
menyeimbangkan kebutuhan gizi anak-anak kita setiap harinya. Tapi, yang paling
baik memang mengonsumsi nasi dengan lauk pauk.
Dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak di daerah terpencil,
pemerintah juga memiliki peranan yang sangat besar.
Jantung, obesitas, stroke, dan penyakit kronik lainnya jadi
dampak terparah akibat malnutrisi pada anak. Maka, bayi yang baru lahir harus
dicukupi kebutuhan gizinya melalui ASI dan makanan pendamping ketika umurnya
sudah lebih dari enam bulan.
Yang terpenting adalah menerapkan prinsip pola gizi
seimbang. Jika sudah beranjak dewasa, kebutuhan gizi harian mereka juga harus
diimbangi dengan aktivitas fisik. Bayi yang baru lahir angka kecukupan gizi
yang dibutuhkan kurang lebih sebanyak 725 mg kalori. Akan tetapi, apabila sudah
memasuki usia balita angka kecukupan gizinya sudah berbeda.
Rata-rata balita angka kecukupan gizinya sebanyak 900 mg
kalori. Untuk melengkapi semua itu, harus dipersiapkan sejak dini ketika ibu
dalam masa kehamilan. Sehingga, tidak terjadi malnutrisi pada anak mereka di
kemudian hari.
Republika 25 Januari 2016