Mengonsumsi susu setiap hari sudah bukan sekadar tren,
melainkan sebuah kebutuhan. Semakin bertambah umur seseorang, maka kebutuhan
kalsium, vitamin, dan beragam zat gizi lain dari susu juga bertambah.
Saat ini banyak mitos yang salah mengenai susu yang
terlanjur dianut oleh sebagian masyarakat, terutama bagi pelaku diet. WHO sejak
3-5 tahun lalu elah menyatakan, susu merupakan sumber kalsium yang baik bagi
manusia, tak terkecuali bagi mereka yang sedang diet.
Pelaku diet berasumsi, lemak dalam susu dapat meningkatkan
berat badan. Padahal, disadari atau tidak, lemak dalam susu lebih rendah
dibandingkan dengan mengonsumsi satu piring kecil calamari atau kentang goreng.
Susu justru sangat baik bagi mereka yang sedang diet karena dapat menjaga berat
badan namun tetap menjaga massa tulang agar tetap kuat.
Untuk usia dewasa, susu baik dikonsumsi dua hingga tiga kali
sehari, 45 menit setelah olahraga dan satu jam sebelum tidur di malam hari.
Sementara bagi bayi, balita, hingga anak sekolah, tidak ada batasan jumlah
konsumsi susu hariannya.
Susu memiliki beragam jenis, yakni susu murni, susu segar
pasteurisasi, susu UHT, susu lowfat, susu krim, susu kental manis, susu bubuk.
Namun khusus untuk susu kental manis, dirasa kurang tepat disebut susu, karena
kanduangan protein, lemak, dan kalsium di dalamnya sangat sedikit.
Susu kental manis mengandung banyak gula tambahan sehingga
tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan kalsium atau vitamin yang dibutuhkan
tubuh.
Semua susu dari sapi atau hewan mamalia sangat baik bagi
tubuh manusia. Namun, perlu diperhatikan kualitasnya. Susu berkualitas
dihasilkan dari sapi berkualitas.
Selain dari keturunan yang baik, sapi harus tinggal di suhu
dingin dan dirawat dengan baik, tentunya dengan proses pemerahan yang
kebersihannya dijaga dengan baik. Semua itu berpengaruh pada kualitas susu yang
dihasilkan agar yang mengonsumsinya mendapat manfaat susu bagi tubuhnya.
Republika 18 Februari 2016