Nama beliau adalah Ahmad bin Al-Husain bin Ali bin Musa bin
Al-Khazraujirdi Al-Khurasani Al-Baihaqi.
Baihaq sebenarnya adalah sekumpulan desa yang berada di kawasan
provinsi Naisabur. Antara Baihaq dan Naisabur adalah jarak dua hari perjalanan
dengan unta. Al-Baihaqi dilahirkan pada bulan Sya’ban tahun 384 Hijriah.
Usahanya Menuntut Ilmu
Ibnu As-Subki menceritakan proses pencarian ilmu yang ia lakukan
sebagai berikut, “Al-Baihaqi melakukan haji. Lalu ia menuju Baghdad. Di sana,
ia berguru kepada Hilal Al-Haffar, Abu Al-Husain bin Busyran, dan segolongan
ulama lain. Selain belajar kepada ulama-ulama di Baghdad, ia juga belajar
kepada ulama-ulama yang ada di Mekkah, seperti Abu Abdillah bin Nazhif, dan
ulama-ulama lain yang ada di Irak, Hijaz, dan Al-Jibal.
Jika dihitung, guru-gurunya lebih dari seratus orang. Hal ini
tidak seperti yang dialami oleh At-Tirmidzi, An-Nasa’I, dan Ibnu Majah. Khusus
dalam bidang ilmu fiqh, ia berguru kepada Nashir Al-Umairi. Ia menyusun
karya-karyanya setelah menjadi ulama yang paling ‘alim di zamannya, paling
cerdas, paling cepat paham, paling baik akalnya. Kitab-kitab karyanya mencapai
1000 juz. Belum ada seorang pun yang bisa menandinginya dalam menyusun
karya-karya seperti yang telah dicapainya tersebut.”
(Baca juga: koleksi
kain tenun tapis Lampung terlengkap)
Guru-gurunya
Imam Adz-Dzahabi mengatakan, “Al-Baihaqi mendengarkan hadits
dari Abu Al-Hasan Muhammad bin Al-Hasan Al-Alawi, Abu Abdillah al-Hakim, Abu
Tharir bin Mahmasy, Abu Bakar bin Faurak, Abu Ali Ar-Raudzabari, Abdullah bin
Yusuf bin Banawih, Abu Abdirrahman As-Silmi, sejumlah ulama di Khurasan, Hilal
bin Muhammad Al-Haffar, Abu Al-Husain bin Busyrah, Ibnu Ya’qub Al-Iyadhi,
sejumlah ulama Baghdad, Al-Hasan bin Farras di Makkah, Janah bin Nadzir, dan
sejumlah ulama di Kufah.”
Murid-muridnya
Adz-Dzahabi mengatakan, “Murid-muridnya adalah Syaikh Al-Islam
Abu Ismail Al-Anshari, Ismail bin Ahmad (anaknya), Abu Al-Hasan Ubaidillah bin
Muhammad bin Ahmad (cucunya), Abu Zakariya Yahya bin Mandah Al-Hafizh, Abu
Al-Ma’ali Muhammad bin Ismail Al-Farisi, Abdul Jabbar bin Muhammad Al-Khawari,
Abdul Hamid bin Muhammad Al-Khawari, Abu Bakar Abdurrahman Al-Buhairi
An-Naisaburi yang meninggal pada tahun 540 Hijriah, dan sejumlah murid-murid
lain.”
Karya-Karyanya
Adz-Dzahabi mengatakan, “Al-Baihaqi mendapatkan berkah dalam
ilmunya. Ia telah menyusun banyak karya yang bermanfaat. Ia telah memutuskan
untuk menetap di desanya dan menyibukkan diri dengan menyusun dan mengarang. Ia
menyusun As-Sunan Al-Kabair sebanyak sepuluh jilid. Dalam hal ini,
tidak ada seorang pun yang menyamainya.”
Karya-karya Al-Baihaqi yang lain di antaranya yaitu As-Sunan wa Al-Atsar (empat jilid), Al-Asma’ wa Ash-Shifat (dua jilid), Al-Mu’taqad (satu jilid), At-Targhib wa Tarhib (satu jilid), Al-Khilafiyat (tiga jilid), Az-Zuhd (satu jilid), Nushush Asy-Sayafi’I (dua jilid), Dala’il An-Nubuwwah (empat jilid), As-Sunan Ash-Shaghir (satu jilid), Syu’ab Al-Iman (dua jilid).
Meninggalnya
Adz-Dzahabi mengatakan, “Setelah orang-orang mendengarkan
pemaparan ilmunya yang terakhir, ia kemudian sakit dan akhirnya meninggal dunia
pada tanggal 10 Jumadal Ula tahun 458 Hijriah. Ia dimandikan, dikafankan, dan
dimasukkan ke dalam peti untuk dipindah ke Baihaq, suatu tempat yang jauhnya
dari Naisabur dua hari perjalanan unta. Ia hidup selama 74 tahun.”
Sanjungan Ulama Terhadapnya
At-Taj As-Subki mengatakan, “Imam Al-Baihaqi adalah salah satu
imam kaum muslimin, penunjuk kebenaran bagi kaum mukminin, dan da’I yang
mengajak kepada tali Allah yang kukuh. Ia adalah seorang Al-Hafizh yang besar,
ahli ushul yang cerdas, zuhud, wira’I, puas
dengan Allah, dan membela mazhab baik dasar-dasar maupun cabang-cabangnya. Ia
adalah gunung dari gunung-gunung ilmu.”
Sumber:
60 Biografi Ulama Salaf, Syaikh Ahmad Farid: Pustaka Al-Kautsar