Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggabungkan
antara ‘iffah dan kekayaan dalam beberapa hadits. Diriwayatkan dari Abu Sa’id
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa
yang merasa cukup, maka Allah akan mencukupinya. Dan barangsiapa yang menjaga
diri (dari yang haram) maka Allah akan menjaganya.” (HR. Bukhari, Muslim,
Ahmad, dll.)
Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Kaya itu bukanlah dengan banyaknya harta, tetapi
kaya itu adalah kaya jiwa.” (HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah,
Ahmad). Kekayaan jiwa maksudnya adalah tidak butuh kepada sesame makhluk,
karena seseorang akan menjadi hamba selama ia tamak (butuh), dan seorang akan
merdeka selama ia merasa cukup.
(Baca juga: koleksi
kain tenun tapis Lampung terlengkap)
Permohonan Makhluk Kepada Sesama Makhluk
Meminta kepada sesama makhluk (meminta pada orang lain) pada
prinsipnya adalah haram, tetapi dibolehkan jika dalam kondisi darurat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa
yang meminta-minta kepada manusia sementara ia memiliki apa yang mencukupinya,
maka ia datang pada hari Kiamat dalam keadaan muka terkoyak, tercakar, dan
tergaruk.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Daud, An-Nasa’I, dll.)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidak halal meminta-minta kecuali bagi orang yang dililit hutang, orang yang
dibebani diyat, atau kefakiran yang menghinakan.” (HR. At-Tirmidzi, An-Nasa’I,
Ibnu Majah, Abu Daud, Ahmad)
Memohon Kepada Allah
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan agar meminta
kepada Allah dan larangan meminta kepada makhluk. Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman, “Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah
bekerja keras (untuk urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
berharap.” (QS. Al-Insyirah: 7-8)
Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman, “Hanya kepada
Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS. Yusuf: 86)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan jika engkau memohon
(pertolongan) maka mohonlah kepada Allah.” (HR. At-tirmidzi, Abu Daud,
Ath-Thabrani, dll.)
Jika seseorang memohon sesuatu kepada Allah, maka ia telah
menjadi hamba Allah. Sedangkan jika ia menggantungkan harapannya kepada sesama
makhluk, maka ia telah menjadi hamba makhluk. Tidaklah pantas seorang hamba
yang mukmin menggantungkan harapannya kepada sesuatu yang lemah.
Sumber:
Tazkiyatun Nafs, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: Darus Sunnah