Ketika kita berpuasa, maka saluran pencernaan dapat beristirahat. Selama berpuasa, untuk memenuhi kebutuhan energi, reaksi-reaksi biokimia bertukar haluan demikian rupa sehingga memberi pengaruh luar biasa pada peremajaan sel. Hal ini disebabkan karena pada siang hari, saat pencernaan beristirahat, energi yang dibutuhkan diambil dari cadangan karbohidrat dan timbunan lemak. Dalam keadaan jiwa yang seimbang, reaksi-reaksi biokimiawi ini berjalan lebih lancar, terarah, dan tidak membahayakan.
Makan, salah satu tujuannya adalah menghasilkan energi. Jika kita makan berlebihan, kelebihan energi itu disimpan sebagai simpanan energi berupa glikogen dan lemak.
(Baca juga: koleksi kain tenun tapis Lampung terlengkap)
Selama berpuasa, kehidupan akan tetap berlangsung. Aktivitas sel tidak berhenti. Kebutuhan energi diambil dari simpanan zat penyimpan energi glikogen dan lemak. Jadi lemak pada siang hari akan terus-menerus mengalami perombakan sehingga lama kelamaan alat-alat tubuh yang dilapisi lemak pun dapat bernafas lega. Pada malam hari kita makan, maka terjadi lagi penyimpanan zat-zat energi.
Kalau perombakan dan penyimpanan ini terjadi selama sebulan penuh, tentunya terjadi proses pergantian terus-menerus. Pada tingkat sel terjadilah peremajaan.
Jadi selama siang hari di bulan puasa, kita masih dapat hidup karena simpanan energi kita terkuras untuk energi yang kita butuhkan. Dengan demikian, timbunan lemak yang berbahaya untuk kesehatan, dapat dialihkan untuk fungsi energi.
Sumber:
Jurnal Halal No. 91, September-Oktober Th. XIV 2011