Imam Syafi’I berkata, “Aku telah bergaul dengan orang-orang
kalangan sufi. Dari pergaulan itu, aku tidak mendapatkan apapun kecuali dua
perkataan yang sangat berharga. Pertama, ucapan mereka, ‘Waktu adalah pedang.
Jika engkau tidak menggunakannya, ia pasti akan memotongmu.’ Kalimat kedua yang
berkesan adalah ‘Dirimu, jika tidak kau sibukkan dengan kebenaran, maka ia akan
menyibukkanmu dengan ke-bathil-an.’”
(Baca juga: koleksi
kain tenun tapis Lampung terlengkap)
Waktu adalah usia menusia sebenarnya. Umur inilah yang akan
menentukan, apakah dia akan mendapat nikmat yang abadi dan mulia di akhirat.
Dan usia ini pula yang akan membuat ia terlempar ke dalam azab pedih tidak
bertepi.
Usia adalah sesuatu yang berlari secepat tiupan awan. Siapa yang
menghabiskan umur yang dimilikinya─dengan dan demi Allah, itulah yang menjadi
umur sebenarnya. Apa yang dia habiskan selain dengan cara itu adalah tidak berarti
sama sekali, walaupun dia menjalani hidup yang panjang. Kehidupannya menjadi
sama dengan kehidupan hewan, ketika ia membunuh waktunya dengan mengikuti arus
syahwat dan angan-angan bisikan setan.
Jika dia lebih suka menghabiskan waktunya dengan tidur atau
melakukan kegiatan yang tidak berguna, maka mati sebenarnya lebih baik baginya
daripada terus hidup. Jika seorang hamba yang menegakkan shalat, maka yang
menjadi bagiannya adalah yang dia sadari. Usia manusia yang sebenarnya adalah
apa yang dia lakukan karena Allah dan dalam keridhaan Allah saja.
Sumber:
Nilai Waktu Menurut Ulama Salaf dan Khalaf, Abdul Fattah Abu
Ghuddah: Najla Press