Sebagian orang mengira bahwa tidur dan menambah porsi tidur
merupakan bukti pemberian hak istirahat bagi dirinya sendiri. Padahal
sebenarnya tindakan ini justru membahayakan diri sendiri.
Di antara bahayanya, tidur berlebihan dapat membuat seseorang
tidak melakukan banyak pekerjaan yang bermanfaat, dan memperkecil pemanfaatan
waktu luang yang sebaiknya digunakan untuk hal-hal yang memberinya manfaat dan
kebaikan. Orang yang banyak tidur, pasti banyak merugi.Berbagai kajian dan
penelitian menunjukkan pentingnya mengurangi waktu tidur. Dr. Hamdi mengatakan,
“Para dokter berpendapat bahwa orang yang membatasi waktu tidurnya justru lebih
enerjik dan lebih giat daripada orang yang menambah porsi tidurnya lebih dari
delapan jam. Hal itu karena orang yang suka tidur biasanya memiliki sifat
gelisah, introvert, terasing, cemas, cenderung impoten, rusak sarafnya,
bimbang, dan mudah terpengaruh oleh sebab-sebab yang sepele, serta pesimis.
(Baca juga: koleksi
kain tenun tapis Lampung terlengkap)
Sebagaimana mereka tidak menyikapi masalah pribadi mereka secara serius. Karena
itu, mereka suka tidur dan seolah-olah mereka lari dari kehidupan, dan berbagai
masalahnya.”
Jadi, banyak tidur dianggap sebagai tindakan lari dari realitas.
Padahal kehidupan ini hanyalah beberapa jam yang digunakan untuk menghadapi
realitas ini. Dr. Hamdi juga mengatakan, “Sebagaimana berbagai kajian para
peneliti membuktikan bahwa orang-orang yang tidurnya singkat lebih biasa
merasakan tidur nyenyak daripada orang-orang yang tidur lebih banyak dari
ukuran yang normal. Jadi, banyak tidur itu tidak sehat, sedangkan tidur minimal
itu dapat menjadi obat.”
Di antara waktu yang sering dilalaikan banyak orang dan diisi
dengan tidur adalah waktu setelah subuh. Padahal waktu setelah subuh merupakan
waktu yang diberkahi. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memotivasi kita
untuk mencari rizki dan ilmu sedini mungkin, karena beliau mengetahui adanya kebaikan
dan keberkahan di waktu pagi.
Sumber:
Hasyim Ali. Tarbiyah Dzatiyah: Robbani Press