Dengan cara meniatkan mencari ilmu untuk mendapatkan wajah Allah
dan negeri akhirat. Apabila seseorang berniat mencari ilmu syar’I untuk
memperoleh ijazah agar dengan ijazah itu dia endapatkan kedudukan dan
penghasilan, maka tentang hal ini Rasulullah telah bersabda, artinya:
“Barangsiapa mencari ilmu yang seharusnya ditujukan untuk mengharap wajah Allah
Ta’ala, lalu tidaklah dia mempelajarinya melainkan untuk mencari keuntungan
dunia, maka dia tidak akan mencium aroma surga.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dll.)
- Meniatkan untuk Menghilangkan Kebodohan dari Dirinya dan Diri
Orang Lain
Seorang penuntut ilmu harus meniatkan dalam menuntut ilmu untuk
menghilangkan kebodohan dari dirinya dan diri orang lain karena pada asalnya
manusia itu adala bodoh. Allah Ta’ala berfirman, artinya: “Dan Allah telah
mengeluarkan kamu sekalian dari perut-perut ibu kalian dalam keadaan kalian
tidak mengetahui apa-apa dan Allah menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati
bagi kalianagar kalian bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)
(Baca juga: koleksi
kain tenun tapis Lampung terlengkap)
- Membela Syari’at
Yaitu berniat mencari ilmu untuk membela syari’at, karena
kitab-kitab tidak mungkin bisa membela syari’at. Tidak ada yang bisa membela
syari’at kecuali pembawa syari’at. Dengan demikian, manusia sangat membutuhkan
para ulama untuk membantah tipu daya para ahli bid’ah dan semua musuh Allah
Ta’ala. Dan hal ini tidak bisa dilakukan kecuali dengan ilmu syar’I yang
diambil dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.
- Berlapang Dada dalam masalah yang Diperselisihkan
Penuntut ilmu harus berlapang dada dalam menghadapi permasalahan
yang diperselisihkan yang bersumber dari hasil ijtihad. Permasalahan yang
diperselisihkan itu adalah masalah yang dibolehkan berijtihad didalamnya dan
memungkinkan manusia berselisih dalam masalah itu. Adapun orang yang
menyelisihi metode salaf, seperti dalam masalah akidah, maka tidak bisa
diterima seseorang menyelisihi akidah yang diyakini salafush shaleh.
- Mengamalkan Ilmu
Seorang penuntut ilmu harus mengamalkan ilmunya, baik dalam
masalah akidah, ibadah, akhlak, adab dan mu’amalah karena amalan adalah buah
dari ilmu. Pembawa ilmu itu seperti pembawa senjata, bisa beermanfaat baginya
atau bisa juga mencelakakannya, maka diterangkan bahwa Nabi shalallahu’alahi wa
sallam bersabda, “Al-Qur’an itu adalah hujjah bagimu atau dakwaan bagimu.” (HR.
Muslim).
Dia akan menjadi hujjah jika mengamalakannya dan akan menjadi
dakwaan jika tidak diamalkan.
- Berdakwah Mengajak kepada Allah
Seorang penuntut ilmu harus menjadi orang yang selalu mengajak
kepada Allah Ta’ala dengan ilmunya. Dia mengajak orang di setiap kesempatan
yang memungkinkan, baik di masjid-masjid, majelis, dipasar dan disetiap tempat
yang memungkinkan. Setelah Allah memberikan tugas kenabian dan tugas kerasulan
kepada Nabi shalallahu’alaihi wa sallam, beliau tidaklah duduk-duduk dirumah, tetapi
beliau mengajak manusia dan selalu bergerak.
- Hikmah
Penuntut ilmu harus menjadi orang yang dihiasi dengan sifat
hikmah (bijaksana). Orang yang hikmah adalah orang yang mampu menempatkan
segala sesuatu pada tempatnya.
- Seorang Penuntut Ilmu harus Sabar dalam Belajar
Artinya ulet dalam mencari ilmu, tidak putus ditengah jalan dan
tidak merasa bosan. Hendaklah dia memfokuskan perhatian kepada ilmu dan tidak
merasa bosan , karena apabila seseorang dihinggapi rasa bosan maka dia akan
cepat lelah lalu akan meninggalkan belajarnya.
- Menghormati Ulama dan Memuliakan Mereka
Setiap penuntut ilmu wajib menghormati ulama dan memuliakan
mereka, berlapang dada ketika terjadi perbedaan pendapat diantara ulama.
- Berpegang Teguh kepada al-Kitab dan as-Sunnah
Beberapa Faktor yang dapat Menolong dalam Memperoleh Ilmu
- Takwa
Takwa adalah wasiat Allah bagi seluruh manusia, baik generasi
awal maupun generasi akhir. Makna takwa adalh seorang hamba membuat penghalang
antara dirinya dengan sesuatu yang ditakutinya sehingga bisa menjaga dari apa
yang ditakutinya itu. Takwa seorang hamba kepada Allah artinya, dia menjadikan
penghalang antara dirinya dengan murka dan kebencian Allah yang amat dia takuti
dengan penghalang yang bisa menghalanginya dari kemurkaanNya dengan cara
melaksanakan ketaatan kepadaNya dan menjauhi maksiat kepadaNya. Ketakwaan akan
menghasilkan tambahan hidayah, ilmu dan tambahan hafalan. Oleh karena itu,
disebutkan dari Imam Syafi’I bahwa ia berkata, “Aku mengadukan kepada Waki’
tentang jeleknya hafalanku, lalu dia membimbingku agar kau meninggalkan
maksiat. Dan dia berkata, ‘Ketahuilah bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah
tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.’” Takwa merupakan sebab
bertambahnya pemahaman. Termasuk dalam hal ini dalah firasat kepada orang yang
bertakwa yang membuatnya unggul dari yang lainnya. Maka hanya dengan melihta
orang lain dia akan mengetahui apakah orang ini pendusta oatau jujur, baik atau
jahat.
- Ulet dan
Istiqomah dalam Menuntut Ilmu
Setiap penuntut illmu harus mengerahkan seluruh usahanya dalam
meraih ilmu dan sabar dalam hal ini serta memlihara ilmu tersebut setelah
berhasil diraih, karena ilmu tidak mungkin dicapai dengan bermalas-malasan.
- Menghafal
Penuntut ilmu harus gigih dalam mengulang dan menguasai apa yang
telah dipelajari dengan baik dengan cara menghafalnya didada atau dengan cara
menulisnya karena manusia seringkali lupa. Maka jika tidak bersungguh-sungguh
dalam menghafal dan menguasai pelajaran yang telah dipelajari berarti hal itu
menyia-nyiakan dan melupakannya.
- Belajar secara
terus-menerus kepada Ulama
Penuntut ilmu harus memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala
kemudia setelah itu meminta bantuan kepada orang yang berilmu dan memanfaatkan
apa yang telah mereka tulis dalam kitab-kitab mereka, karena jika hanya membaca
dan menelaah saja, maka hal itu membutuhkan waktu yang panjang. Berbeda dengan
seseorang yang duduk dihadapan orang alim yang menjelaskan dan menerangkan
pelajaran kepadanya serta menerangi jalannya.
Sumber:
Panduan Lengkap menuntut ilmu, Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin: Pustaka Ibnu Katsir.