Sesungguhnya rasa takut memiliki kedudukan yang tinggi, dan
bermanfaat bagi hati. Takut yang dimaksud adalah rasa takut kepada Allah.
Perasaan takut kepada Allah merupakan suatu hal yang wajib ada pada diri setiap
orang. Allah berfirman, “…karena itu janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS.
Ali Imran; 175).
Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman, “Dan
hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).” (QS. Al-Baqarah: 40).
Dalam surat Al-Maidah, Allah memerintahkan kita agar jangan takut kepada
manusia, “Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi)
takutlah kepada-Ku.” (QS. Al-Maidah: 44).
(Baca juga: koleksi
kain tenun tapis Lampung terlengkap)
Abu Hafsh berkata, “Khauf adalah cemeti Allah yang digunakan
untuk meluruskan orang-orang yang lari keluar dari pintu-Nya.” Rasa takut
merupakan pembimbing hati manusia agar selalu berada di atas jalan yang lurus.
Bila rasa takut telah hilang dari hati seseorang maka ditakutkan mereka akan
tersesat. Hal ini sebagaimana perkataan Dzun Nun, “Manusia akan senantiasa
diatas jalan yang lurus selama mereka masih tetap memiliki rasa takut. Bila
rasa takut telah hilang, maka jalan mereka akan menjadi sesat.”
Buah Rasa Takut
Jika rasa takut kepada Allah tertanam kuat di dalam hati
seseorang, maka rasa takut itu akan menghalangi seseorang dari perkara-perkara
yang diharamkan oleh Allah. Abu Utsman berkata, “Rasa takut yang sejati adalah
bersikap wara’ dari dosa-dosa, baik yang lahir maupun yang batin.” Perkataan
senada juga pernah diucapkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Rasa takut
yang terpuji adalah yang membentengi Anda dari perkara-perkara yang diharamkan
oleh Allah.”
Orang yang paling takut kepada Allah
Orang yang paling takut kepada Allah adalah orang yang paling
mengetahui dirinya dan Rabb-nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Aku adalah orang yang paling tahu di antara kalian tentang Allah. Oleh karena
itu, aku (adalah) orang yang paling takut di antara kalian kepada-Nya.” (HR.
Bukhari-Muslim). Rasulullah menjelaskan bahwa orang yang takut kepada Allah
adalah orang-orang yang berilmu, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya
yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (QS.
Fathir: 28).
Jika pengetahuan semakin sempurna, maka akan berpengaruh
terhadap rasa takut yang kemudian akan mempengaruhi hati dan seluruh anggota
tubuh. Rasa takut akan membuat anggota tubuh menghentikan perbuatan durhaka dan
mendorongnya untuk taat kepada Allah.
Cara Menggugah Rasa Takut
Cara untuk menggugah rasa takut dapat ditempuh dengan dua cara,
dimana kedudukan yang satu lebih tinggi daripada yang lain.
Pertama, takut terhadap azab-Nya. Ini merupakan rasa takut yang
secara menyeluruh menghinggapi manusia. Rasa takut ini melemah karena iman yang
lemah atau kelalaian yang menguat. Untuk menghilangkan kelalaian ini, bisa
dilakukan dengan mengingat dan memikirkan siksa di akhirat, serta memperhatikan
orang-orang yang takut kepada Allah dan ikut bergaul bersama mereka.
Kedua, takut kepada Allah. Tingkatan ini merupakan rasa takutnya
para ulama. Allah berfirman, “Dan Allah memperingatkan kalian terhadap
diri-Nya.” (QS. Ali Imran: 30).
Ketakutan Para Salafush Shaleh
Dalam suatu kisah, Umar bin Khathab radhiallahu ‘anhu mendengar
sebuah ayat yang dibaca, lalu dia jatuh sakit hingga beberapa hari lamanya.
Lalu, suatu hari dia mengambil segenggam tanah, seraya berkata, “Andaikan saja
aku menjadi seperti tanah ini. Andaikan saja aku bukan yang diingat. Andaikan
saja ibuku tidak pernah melahirkan aku.” Sementara itu, diwajahnya saat itu
terlihat dua garis hitam karena banyak menangis.
Diriwayatkan bahwa jika Abu Bakar sedang mendirikan shalat, maka
seakan-akan dia seperti sebatang pohon yang diam tak bergerak karena rasa takutnya
kepada Allah.
Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata,
“Demi Allah, aku telah melihat para sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Pada saat ini, aku tidak melihat sesuatu yang menyerupai
mereka. Mereka (sahabat) adalah orang-orang yang kusut dan berdebu, di antara
mata mereka seakan-akan ada iring-iringan orang yang mengantar jenazah. Mereka
senantiasa sujud dan berdiri kepada Allah, membaca Kitabullah, pergi dengan
berjalan kaki dan mengingat Allah. Mereka tampak seperti pohon-pohon yang
condong dan bergoyang pada saat angin berhembus kencang. Mereka selalu menangis
hingga kain mereka basah. Demi Allah, sepertinya orang-orang pada saat ini
sudah (banyak yang) lalai.” Muhammad bin Waqi’ pernah menangis sepanjang malam
dan hampir tidak pernah berhenti.
Jika Umar bin Abdul-Aziz mengingat mati, maka badannya bergetar
seperti burung yang gemetar, lalu dia menangis, dan air matanya membasahi
jenggotnya. Sepanjang malam dia menangis dan seluruh penghuni rumah pun ikut
menangis. Fatimah, istrinya bertanya kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, mengapa
engkau menangis?” Umar bin Abdul-Aziz menjawab, “Aku ingat tempat kembalinya
orang-orang dihadapan Allah. Di antara mereka ada yang di surga dan yang lain
ada di neraka.” Setelah itu, Umar bin Abdul-Aziz pun pingsan.
Begitulah gambaran mengenai rasa takut yang hinggap di hati para
salafush shaleh. Mereka takut pada Allah, dan takut akibat dari dosa yang
mereka lakukan. Dosa akan menyebabkan hati menjadi keras, dan hati yang keras
akan sulit untuk menerima hidayah dan nasehat.
Sebagian salaf menuturkan, “Aku berkata kepada seorang rahib,
‘berilah aku nasehat!’” Rahib berkata, “Jika engkau sanggup, anggaplah dirimu
seperti orang yang berada dalam ancaman terkaman binatang buas atau seekor
singa. Tentu saja dia akan merasa takut. Namun dia harus bersikap waspada agar
dia jangan sampai lalai sehingga singa itu bisa menerkam atau mengigitnya.
Badannya gemetar karena takut, “ nasehati aku lagi! Lalu, rahib berkata, “Rasa
dahaga itu sudah hilang dengan sedikit air.”
Apa yang dikatakan rahib itu memang gambaran seseorang yang
berada dalam ancaman terkaman singa. Gambaran tersebut merupakan hakikat
seorang mukmin. Barangsiapa yang memandang batinnya dengan cahaya mata hatinya,
maka dia akan melihatnya seakan-akan hatinya terancam terkaman singa yang
ganas, seperti amarah, dengki, iri, takabbur, ujub, dan riya’. Semua sifat ini
bisa menerkamnya jika dia lalai.
Sumber:
Minhajul Qashidin Jalan-Jalan Orang yang mendapat Petunjuk, Ibnu
Qudamah: Pustaka Al-Kautsar. Obat Hati, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah: Darul Haq.