Pertanian Kota
Pertanian perkotaan didefinisikan sebagai praktek budidaya,
pengolahan dan distribusi pangan di atau sekitar kota. Aspek pertanian
perkotaan termasuk di antaranya peternakan, perikanan, agroforestry, dan
hortikultura. Pertanian perkotaan umumnya dilakukan dalam rangka menghasilkan
pendapatan dan pemenuhan kebutuhan pangan di perkotaan, meskipun dalam beberapa
kasus tujuan utamanya adalah sebagai sarana wisata yang menguntungkan secara
ekonomi.
Sementara itu, FAO mendefinisikan pertanian perkotaan
sebagai sebuah industry yang memproduksi, memproses, dan menjual bahan makanan
dalam rangka memenuhi permintaan harian konsumen dalam kota dan pinggiran kota
melalui penerapan metode produksi intensif, menggunakan dan memanfaatkan
kembali sumber daya alam dan limbah perkotaan untuk menghasilkan berbagai macam
tanaman dan ternak.
Pada saat ini, paradigm peran pertanian perkotaan telah
bergeser pada tataran peran yang lebih strategis, yakni sebagai pendukung
ketahanan pangan dan keamanan pangan kota dan sekitar kota. Dukungan tersebut
melalui dua cara; pertama, meningkatkan jumlah makanan yang tersedia untuk
orang yang hidup di kota-kota; dan kedua, memungkinkan sayuran, buah-buahan,
dan produk daging yang aman, sehat, dan segar tersedia untuk konsumen
perkotaan.
Peran pertanian perkotaan sebagai pendukung ketahanan pangan
masyarakat diyakini semakin perlu untuk dikembangkan, sebab beberapa fakta di
antaranya: (a) sebanyak 50% dari populasi dunia tinggal di kota-kota; (b) lebih
dari 800 juta orang terlibat dalam pertanian kota diseluruh dunia dan
berkontribusi dalam menyuplai makanan untuk penduduk kota; (c) penduduk
berpenghasilan rendah di perkotaan menghabiskan antara 40% dan 60% dari
pendapatan mereka untuk makanan setiap tahun; (d) pada tahun 2015 sekitar 26
kota di dunia diperkirakan memiliki populasi 10 juta atau lebih dengan
kebutuhan bahan pangan mencapai 6600 ton per hari; dan (e) tidak kurang dari
250 juta orang kelaparan di dunia hidup di kota-kota.
Pertanian perkotaan umumnya menerapkan metode biointensif.
Hal tersebut disebabkan karena pertanian perkotaan umumnya efisien dan hemat
dalam penggunaan sumberdaya dan input atau energi dalam proses produksi hingga
pemasaran. Prinsip demikian sangat sejalan dengan prinsip-prinsip pertanian
berkelanjutan. Aspek lain dari pertanian perkotaan, khususnya di kota-kota
padat penduduk adalah melalui penggunaan input daur ulang, terutama diterapkan
di lingkungan tempat tinggal terbatas seperti apartemen atau perumahan padat
lainnya.
Sumber:
Vertiminiponik, Cara Baru Berbudidaya Sayuran dan Ikan: BPTP
Jakarta