Tokoh Pejuang Nasional, Hasyim Asy'arie

Terlahir di Desa Gedang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada 10 April 1875 dan meninggal pada 25 Juli 1947, Kiai Mohammad Hasjim Asy’arie merupakan salah seorang pendiri organisasi Nahdlatul Ulama. Para nahdliyin menjulukinya dengan panggilan hadratus syeikh atau maha guru.

Putra ketiga dari pasangan Kiai Asy’ari (pemimpin Pesantren Keras) dan Halimah, kiai Mohammad Hasjim Asy’arie memiliki haris keturunan dari Sultan Pajang Jaka Tingkir dan Raja Brawijaya V. 

Kiai Mohammad Hasjim Asy’arie menikah sebanyak tujuh kali. Wahid Hasyim, salah seorang putra beliau, adalah anggota perumus Piagam Jakarta yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Agama. Abdurrahman Wahid, cucunya, pernah menjadi Presiden Republik Indonesia.

Pendidikan

Ayah dan kakeknya merupakan guru utama dari kiai Mohammad Hasjim Asy’arie. Kiai Mohammad Hasjim Asy’arie mulai merantau untuk belajar agama ke berbagai tempat dimulai sejak usianya 15 tahun. Beliau pernah menuntut ilmu agama di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo; Langitan, Tuban; Trenggilis, Semarang; Kademangan, Bangkalan; dan Siwalan, Sidoarjo.


Kiai Mohammad Hasjim Asy’arie berangkat menuntut ilmu ke Tanah Haram (Mekah) pada tahun 1892. Beliau berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Mahfudh At-Tarmisi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqafm dab Sayyid Husein Al-Habsyi.

Kiai Mohammad Hasjim Asy’arie belajar hadits dari Syekh Mafudz. Syekh Mafudz merupakan pewaris terakhir dari silsilah sanad (isnad) hadits dari 23 generasi penerima Sahih Bukhari. Kiai Mohammad Hasjim Asy’arie juga mendalami tasawuf dengan mengkaji tarekat qadiriyah dan naqshabandiyah.

Dari Syekh Ahmad Khatib, kiai Mohammad Hasjim Asy’arie mengkaji fikih mazhab Imam Syafi’i. Syekh Ahmad Khatib juga mengajar tafsir al manar karya Muhammad Abduh.

Kiai Mohammad Hasjim Asy’arie juga pernah berguru dengan syekh Nawawi Al-Bantani.

Perjuangan

Kiai Mohammad Hasjim Asy’arie merintis Pesantren Tebu Ireng sepulangnya dari Mekah pada 1899. Tahun 1926, kiai Mohammad Hasjim Asy’arie menjadi salah seorang pencetus berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki arti kebangkitan ulama.

Karya dan Pemikiran

Kiai Mohammad Hasjim Asy’arie memiliki karya tulis. Namun terdapat lima buku karyanya yang merupakan gambaran pemikirannya. Buku karyanya antara lain:
- Risalah Ahlis-Sunnah Wal Jama'ah: Fi Hadistil Mawta wa Asyrathis-sa'ah wa baya Mafhumis Sunnah wal Bid'ah (Paradigma Ahlussunah wal Jama'ah: Pembahasan tentang Orang-orang Mati, Tanda-tanda Zaman, dan Penjelasan tentang Sunnah dan Bid'ah)
- Al-Nuurul Mubiin fi Mahabbati Sayyid al-Mursaliin (Cahaya yang Terang tentang Kecintaan pada Utusan Tuhan, Muhammad SAW).
- Adab al-alim wal Muta'allim fi maa yahtaju Ilayh al-Muta'allim fi Ahwali Ta'alumihi wa maa Ta'limihi (Etika Pengajar dan Pelajar dalam Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama Belajar).
- Al-Tibyan: fin Nahyi 'an Muqota'atil Arham wal Aqoorib wal Ikhwan (Penjelasan tentang Larangan Memutus Tali Silaturrahmi, Tali Persaudaraan dan Tali Persahabatan).
- Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam’iyyat Nahdlatul Ulama Dari kitab ini para pembaca akan mendapat gambaran bagaimana pemikiran


Sumber: Wikipedia

Related Posts
Previous
« Prev Post