Kekerasan Verbal

Verbal Bullying

Penindasan secara verbal sebenarnya jauh lebih menyakitkan

Kamu punya julukan sejak kecil? Jika nama julukannya bagus dan sesuai dengan diri kamu sendiri, tentu itu jadi menyenangkan. Namun, bagaimana untuk mereka yang mendapatkan julukan buruk karena ada kekurangan dalam dirinya? Panggilan si Gendut, Item, Tompel, Keriting atau Si Kurus mungkin akrab dengan keseharian kamu. Atau, malah kamu sendiri yang sering memanggil julukan buruk itu pada teman-teman sendiri?

Tahukah kamu, ketika memanggil dengan julukan yang buruk, sebenarnya sama saja kamu sudah menjelma menjadi seorang penindas alias orang yang melakukan bullying. Sebaliknya, ketika kamu yang mendapatkan panggilan buruk itu, kamu sudah menjelma menjadi korban penindasan.

Penindasan bisa terjadi karena tiga hal, yaitu adanya kondisi pelaku dan korban yang tidak sama kuat, terjadi berkali-kali, dan direncanakan. Jika ketiga unsur itu dipenuhi, barulah bisa dikatakan bullying. Aksi penindasan itu juga bisa beragam, bisa secara fisik, bullying seksual, siber atau verbal.

Nah, yang paling berdampak buruk pada korban penindasan adalah mereka yang menerima penindasan secara verbal. Di Indonesia, penindasan secara verbal yang paling marak terjadi dialami anak sampai remaja adalah lewat julukan nama.

Apalagi, penindasan dengan julukan nama yang buruk itu dilakukan melalui media jejaring sosial. Kalau sudah masuk cyber bullying bisa mematikan efeknya bukan mimisan atau lebam-lebam, melainkan menikam sekali.

Mengapa menikam? Efek psikologis yang diterima para korban penindasan secara verbal bisa menurunkan harga diri sehingga membuat seseorang tidak percaya diri dan terjadi dalam jangka panjang.

Dalam beberapa kasus terparah dari korban kekerasan verbal bisa mengalami migraine hingga darah tinggi.

Tak kalah buruknya, pelaku penindasan bisa melihat dan memprediksi mana orang yang bisa menjadi korbannya. Biasanya mereka memilih anak yang minder, nggak banyak omong.
Penindasan verbal sudah marak dengan julukan negative. Julukan yang muncul karena kekurangan fisik seseorang ternyata dampaknya sangat dalam. Julukan itu seakan mengambil kepercayaan diri seseorang.

Jangan jadi penindas

Soal penindasan tidak hanya berkaitan dengan korban, tapi juga pelaku. Penting juga diingat agar kita tidak menjadi pelaku penindasan.

Kalau kamu sendiri sering melakukan penindasan seperti itu, hati-hatilah. Bisa jadi aslinya ada masalah dengan diri kamu. Seseorang bisa menjadi pelaku penindasan itu biasanya karena masalah psikologis.

Masalah psikologis ini bisa muncul karena adanya berbagai tekanan hidup. Sangat disayangkan, mulai dari anak-anak hingga remaja zaman sekarang, sudah mempunyai aktivitas yang luar biasa padat di sekolah sehingga tak jarang bisa menjadi suatu tekanan.

Untuk itu, setiap remaja harus mempunyai waktu untuk senang-senang meskipun tuntutan kegiatan sekolah, tapi harus usahakan untuk bermain.

Terlalu banyak les atau kegiatan rutin hanya membuat kita mencari hiburan lewat gadget. Akibatnya bisa ditebak, terlalu banyak main gadget, membuat kecerdasan emosional kurang terlatih.

Untuk menghadapi para penindas itu, tindakan terbaik yang bisa dilakukan, yaitu tidak diacuhkan saja mereka yang selalu memanggil dengan julukan yang buruk. Atau, lebih baik lagi meminta baik-baik pada para penindas itu agar memanggil kamu dengan nama yang telah diberikan oleh orang tua.

Jika tidak mempan juga, lebih baik tingkatkan kepercayaan diri untuk menunjukkan kepada pelaku mempunyai kelebihan diri yang lebih baik. Mencari aktivitas positif dan menghasilkan prestasi bisa menumbuhkan kepercayaan diri kembali.


Republika 22 Januari 2016

Related Posts
Previous
« Prev Post