Seputar Virus Zika

Virus Zika

Virus Zika mampu membuat bayi lahir dengan kelainan bawaan.

Penyebaran virus Zika dinilai membutuhkan kebijakan travel advice peringatan perjalanan, terutama bagi wanita hamil.

Ada dua hal yang harus membuat orang waspada, virus ini muncul di tempat yang sebelumnya tidak ada dan ini menyebar dengan cepat.

Hal ini karena nyamuk Aedes sebagai vector atau perantara penyebaran Zika, menyebar luas di sebagian besar Amerika Latin dan AS.

Penyakit ini sudah ditemukan sejak setengah decade lalu, sehingga kemungkinan besar banyak tempat telah terpapar. Virus ini pernah terisolasi pada 1947 di Hutan Zika, Uganda. Peneliti telah mempelajari transmisi demam kuning ketika mereka menemukan virus baru pada resus monyet. Kemunculannya pada manusia terjadi pada 1952 di Uganda dan Tanzania.

Wabah besar pertama penyakit ini terjadi pada 2007 di Pulau Yap, Mikronesia. Ada juga wabah yang lebih besar di Polinesia Prancis pada 2013. Saat itu, sekitar 10 ribu kasus dilaporkan.

Pada 2004 kasus muncul di Kaledonia Baru dan Pulau Cook di Pasifik Selatan. Bagi sebagian besar orang, infeksi Zika tidak terlalu serius. Menurut CDC, hanya 20 persen orang yang terinfeksi menunjukkan gejala. Sementara, sedikit orang menjadi sakit seperti demam, kadang diare, sakit kepala, atau sakit otot.

Penyakit ini hilang sendiri dalam satu pekan dan jarang butuh opname. Perawatannya hanya membutuhkan istirahat, pemberian obat penghilang nyeri, dan cairan. Tidak ada vaksi atau obat untuk menyembuhkan virus ini. Menurut CDC, belum ada laporan kematian karena virus ini.

Ganggu Pertumbuhan Otak

Meski demikian, ada bahaya yang cukup mengkhawatirkan bagi perempuan hamil yang terinfeksi. Sebab, virus ini berpengaruh serius hingga fatal, yaitu cacat bawaan pada bayi. Virus dapat menghambat perkembangan otak hingga tidak berkembang baik.

Ini terbukti di Brasil saat wabah besar terjadi pada 2015. Sejumlah kasus bayi yang lahir dengan gangguan otak dilaporkan dan mengalami peningkatan. Saat itu, virus Zika dituduh menjadi salah satu penyebabnya.

Tidak ada catatan jumlah warga Brasil yang terinfeksi. Namun CDC memperkirakan, jumlahnya mencapai 500 ribu hingga 1,5 juta orang dengan 3500 kasus gangguan otak bayi.

CDC pun mengeluarkan peringatan perjalanan level dua untuk Brasil, Kolombia, El Salvador, Guatemala, Haiti, Honduras, Meksiko, Suriname, Venezuela. CDC tidak menyebut Afrika atau Asia terkait virus ini.

Aedes ada di Eropa Selatan, seperti Portugal, Italia, Spanyol. Ketika menuju musim panas, epidemic ini terlihat berbeda dan kemungkinan ada penyebaran ke seluruh Eropa.

Sejumlah peneliti menduga, virus ini juga bisa menular melalui hubungan seksual. Penyebaran virus juga kemungkinan dari transfuse darah. Tidak semua orang tahu bahwa mereka terinfeksi. Sehingga, semua orang harus waspada jika gejala muncul selama kurang lebih dua minggu.


Republika 22 Januari 2016

Related Posts
Previous
« Prev Post