Apa yang dicari
dari hidup ini. Semua yang di bumi akan sirna, sebagaimana bumi ini pun tidak
kekal. Namun seluruh tenaga dan pikiran seakan terkuras seluruhnya untuk
mengejar kesenangan dunia. Waktu untuk memikirkan akhirat hanya sekedar
sisa-sisa disaat lengang.
Hidup ini memang
begitu melelahkan. Kita berkejar-kejaran mengejar kemewahan dunia hanya untuk
berbangga-banggaan meraih kehormatan di mata orang-orang. Kemuliaan di dunia
seakan serba diukur dengan materi. Kesuksesan harus terlihat secara fisik.
Penghargaan hanya bagi mereka yang berharta dan berkuasa.
Ketika
penghormatan hanya untuk mereka yang kaya, lantas yang miskin pun terlupakan.
Orang-orang miskin hanya dijadikan komoditas untuk meraih pencitraan saat
orang-orang kaya sibuk berebut kursi kekuasaan dan keringat mereka dikuras saat
para orang kaya berebutan menumpuk pundi-pundi harta. Begitulah nasib orang
miskin, hidupnya ditindas oleh kaum bermodal yang culas dan penguasa yang
tiran.
Tidak mudah
memang bertahan hidup di dunia. Setiap orang berusaha menumpuk apapun untuk
melanggengkan eksistensi hidupnya, bahkan satu sama lain berusaha saling sikut,
tikam, dan terjang untuk berebut jatah rezeki yang padahal sebenarnya sudah
ditentukan dan dijamin kadarnya oleh Tuhan untuk masing-masing makhluk.
Jika hidup hanya
bermodal usaha tanpa disertai tawakal, maka hidup akan menjadi buas. Manusia
menjalani hidupnya layaknya pembantai yang akan menikam siapa saja lawan yang
menghalangi jalannya. Lihatlah perang, ribuan hingga jutaan korban berjatuhan
hanya untuk berebut tanah, emas, kekuasaan.
Manusia harus
hidup dengan sikap tawakal agar segala tindak tanduknya selalu dinaungi
kebijaksanaan. Kebijaksanaan menjadikan perilaku manusia dipenuhi budi dan
ketulusan. Materi memang perlu dicari, tapi tak selalu harus diperebutkan.
Apalagi perebutan acapkali menimbulkan konflik yang berujung hilangnya nyawa
dari orang-orang yang tak punya kepentingan.
Seringkali materi
diperoleh bukan dengan saling berebut. Justru Tuhan berjanji menambahkan materi
dengan cara saling berbagi. Berbagi menjadikan limpahan materi semakin berlebih
dan berkah. Berbagi pun menyebabkan manusia saling berkasih sayang, bukan saling
bermusuhan.
Jadilah hamba
yang bertawakal karena rezeki merupakan takdir yang sudah ditentukan kadarnya
oleh Tuhan. Apa yang ingin diraih, jika bukan takdirnya, maka tak akan bisa
diraih. Sedangkan yang tidak diharapkan, jika memang sudah ditakdirkan, pasti
akan datang dengan sendirinya. Yakinlah bahwa selalu ada kebaikan dibalik
takdir yang dirasa pahit. Tuhan lah Pencipta kita, sehingga hanya Dia yang tahu
yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya.
Pic: https://nyawijiningsukmo.files.wordpress.com