Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.
Kita meyakini jika langit dan bumi dan segala yang ada di
semesta ini diciptakan oleh Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman, “Dialah
pencipta langit dan bumi.” (QS. Al-An’am: 101)
Dalam astrofisika, muncul beberapa teori soal terciptanya
bumi dan semesta. Salah satu teori yang dipercaya adalah alam semesta, beserta
dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan
raksasa yang terjadi dalam sekejap.
Peristiwa ini, yang dikenal dengan “Big Bang”, membentuk
keseluruhan alam semesta sekitar 15 miliar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari
suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal.
Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan
penjelasan yang cukup masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula
alam semesta.
Sebelum Big Bang, taka da yang disebut sebagai materai. Dari
kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang
hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu.
Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita
dalam Al-Quran 1400 tahun lalu.
Dalam Al-Quran yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu
astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan dalam ayat
ini.
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Az-Zariyat: 47)
Kata “langit”, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini,
digunakan di banyak tempat dalam Al-Quran dengan makna luar angkasa dan alam
semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti alam semesta.
Dengan kata lain, dalam Al-Quran dikatakan bahwa alam semesta “mengalami
perluasan atau mengembang”. Dan inilah kesimpulan yang dicapai pengetahuan masa
kini.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya
diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan
telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan
perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam
semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, Fisikawan Rusia, Alexander Friedmann,
dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan
menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan
pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang
astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak
saling menjauhi. Sebuah alam semesta, dimana segala sesuatunya terus bergerak
menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus
mengembang.
Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya
memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini
diterangkan dalam Al-Quran pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini
dikarenakan Al-Quran adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur
keselurhan alam semesta.
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman, “Dan apakah
orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman.” (QS. Al-Anbiya: 30)
Republika 8 Januari 2016