Penjelasan kepada anak, disesuaikan dengan umurnya.
Anak usia balita
Anak balita, masih bersifat egosentris. Pemahaman mereka
masih yang terkait dengan dirinya sendiri sehingga belum terlalu memahami apa
yang ada diluar mereka.
Tapi, balita memahami orang tuanya terlihat tegang, sangat
mudah marah, atau terlihat ketakutan. Bagi anak yang masih disusui, dia akan
merasakan asinya tidak lancar. Sehingga mereka menjadi rewel.
Mereka tak perlu penjelasan apa pun. Tapi yang terpenting
adalah memberikan rasa nyaman dan aman. Rasa itu diberikan lewat gerakan tubuh,
desah napas, dan intonasi ayah bunda saat geram atau takut.
Teknik-teknik itu untuk menenangkan anak-anak balita itu,
usahakan mereka sesama mungkin dengan kesehariannya.
Anak usia 4-6 tahun
Biasanya anak empat tahun ke atas lebih peduli dengan
lingkungan sekitarnya. Jadi mereka bisa mendengar dari orang lain mengenai
berita tersebut. Nah, kepada mereka orang tua perlu mengenai terorisme atau
kekerasan lainnya.
Pemahaman anak berusia empat limat tahun sangat terbatas.
Saat anak ketakutan, tanyakan apa yang membuat dia takut. Ajukan pertanyaannya
dengan intonasi suara tenang, nada suara rendah.
Trik bertanya, ajukan satu pertanyaan, tunggu anak jawab
dulu. Orang tua bisa menjelaskan dengan bahasa anak.
Anak usia SD
Untuk anak yang lebih besar lagi, dahulukanlah bertanya lebih
dulu. Apa yang kamu rasakan? Apa yang kamu ketahui? Mungkin saja dia menonton.
Nah jadi dari situ, apa yang sudah diketahui anak, ayah, bunda dengarkan
sehingga tahu pemahamannya seperti apa. Orang tua tidak boleh mempersalahkan
anak. Tapi sebaiknya dengarkan dulu kemudian jelaskan sesuai dengan tingkat
pemahamannya.
Kalau kita sudah tahu apa yang dia pikirkan, maka kita akan
bisa mengoreksi kalau-kalau ada pola pikir dia yang salah.
Apalagi televise kerap menayangkan hal yang sama
berulang-ulag, anak memahami kejadiannya berulang-ulang.
Selain itu, orang tua penting meyakinkan anak bahwa dia
aman. Salah satu caranya, meyakinkan ayah ibunya berusaha keras menjaganya.
Anak usia SMP dan SMA
Disarankan agar orang tua mengajak anak remajanya menonton
dan diskusi bersama. Dengan mengobrol dan berdiskusi, bisa meminimalkan
kecemasannya. Cara bicara orang tua juga harus tenang dengan gerak tubuh yang
tenang.
Pemikiran anak usia SMP dan SMA lebih kompleks. Orang tua
bisa menjelaskan lebih banyak hal.
Republika 17 Januari 2016